Minggu, Agustus 10, 2025
29.4 C
Jakarta

Tarif Baru Trump Bikin Kas Negara AS Makin Tebal, Tapi Defisit Perdagangan Malah Melebar

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Kebijakan tarif impor baru Donald Trump mulai berlaku pada 7 Agustus 2025 dan langsung mengguncang perdagangan global. Pajak impor ini menyasar lebih dari 90 negara. Inggris dikenakan tarif 10%, India 50%, dan Suriah 41%.

Mengutip Artikel BBC yang dirilis Jumat (10/8/2025) waktu setempat atau Sabtu (9/8/2025) WIB, Data Budget Lab Yale University mencatat tarif efektif rata-rata AS kini mencapai 18,6%, tertinggi sejak 1933. Angka ini melonjak tajam dari 2,4% pada 2024 sebelum Trump kembali ke Gedung Putih.

Lonjakan tarif membuat penerimaan negara AS dari bea masuk ikut melesat. Data resmi menunjukkan penerimaan tarif pada Juni 2025 mencapai US$28 miliar, tiga kali lipat dibanding rata-rata bulanan pada 2024.

The Congressional Budget Office (CBO), memperkirakan kenaikan tarif ini dapat mengurangi total utang pemerintah hingga US$2,5 triliun dalam 10 tahun ke depan. Meski begitu, CBO juga menilai ukuran ekonomi AS justru akan menyusut dibanding skenario tanpa tarif baru ini.

Trump beralasan tarif diperlukan untuk mengurangi defisit perdagangan dengan menekan impor dan memaksa negara lain membuka pasar bagi produk AS. Namun, strategi ini justru memicu lonjakan impor barang. Perusahaan-perusahaan AS menimbun pasokan sebelum tarif berlaku, sementara ekspor hanya naik tipis.

Akibatnya, defisit perdagangan barang AS sempat memecahkan rekor US$162 miliar pada Maret 2025, sebelum turun ke US$86 miliar pada Juni. Banyak ekonom memprediksi defisit ini sulit ditekan karena penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan struktural ekonomi AS, bukan semata praktik dagang negara lain.

China menjadi salah satu negara yang paling terdampak tarif AS. Tarif yang sempat mencapai 145% kini turun menjadi 30%, tetapi ekspor China ke AS pada paruh pertama 2025 tetap anjlok 11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, ekspor China ke India, Uni Eropa, Inggris, dan ASEAN justru naik masing-masing 14%, 7%, 8%, dan 13%.

Pemerintah AS khawatir perusahaan China mengakali tarif dengan memproduksi di negara-negara ASEAN. Produk tersebut kemudian diekspor kembali ke AS. Praktik serupa pernah terjadi pada masa pemerintahan Trump sebelumnya, saat tarif diberlakukan untuk panel surya.

Di tengah ketegangan perdagangan ini, sejumlah negara memperkuat kemitraan dagang baru. Inggris dan India menandatangani perjanjian setelah negosiasi tiga tahun. EFTA yang beranggotakan Norwegia, Islandia, Swiss, dan Liechtenstein menyepakati kesepakatan baru dengan blok Mercosur di Amerika Latin. Uni Eropa juga melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Indonesia, sementara Kanada menjajaki perjanjian dengan ASEAN.

Perang dagang AS-China turut memicu pergeseran jalur perdagangan. China kini lebih banyak membeli kedelai dari Brasil ketimbang AS. Pada Juni 2025, Beijing mengimpor 10,6 juta ton kedelai dari Brasil, jauh di atas 1,6 juta ton dari AS.

Dampak tarif juga mulai terasa pada harga konsumen di AS. Inflasi resmi Juni 2025 naik menjadi 2,7% dari 2,4% di Mei. Harga barang impor seperti peralatan rumah tangga, komputer, perlengkapan olahraga, buku, dan mainan mencatat kenaikan signifikan.

Peneliti Harvard University Pricing Lab menemukan harga barang impor dan produk domestik yang terkena tarif naik lebih cepat dibanding barang yang tidak terdampak tarif sepanjang 2025.

Artikel Terkait

Tarif AS Resmi Berlaku! Brasil dan India Kena 50%, Indonesia Masih Aman

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif baru...

Wall Street Berbalik Arah Tajam, Dow Jones Anjlok Lebih dari 200 Poin!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan hari...

Bursa Eropa Menguat, Rusia Sebut Putin dan Trump Bakal Bertemu dalam Waktu Dekat

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup menguat pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru