Rabu, November 12, 2025
25.1 C
Jakarta

Terungkap! Dolar Loyo, Bukan Gara-Gara The Fed Aja!

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang utama pada penutupan perdagangan Rabu (18/6/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (19/6/2025) WIB. Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, serta keputusan Federal Reserve yang menahan suku bunga, membuat pergerakan dolar cenderung terbatas.

Mengutip CNBC International, terhadap yen Jepang, dolar AS turun 0,5% menjadi 144,60. Sementara terhadap franc Swiss, dolar cenderung stabil di level 0,8169 franc.

Pasar keuangan global saat ini masih diliputi ketidakpastian. Konflik di Timur Tengah menjadi perhatian utama investor. Dalam enam hari terakhir, Israel menggempur sejumlah wilayah di Iran sebagai upaya menghentikan aktivitas nuklir negara tersebut.

Militer AS juga dilaporkan memperkuat kehadirannya di kawasan, memicu spekulasi bahwa Washington akan ikut campur. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik akan meluas, terutama karena kawasan tersebut sangat penting dalam rantai pasok dan energi dunia.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dengan tegas menolak ajakan Presiden AS Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Pernyataan itu dibacakan oleh penyiar televisi nasional Iran, Rabu waktu setempat.

Dolar sebelumnya sempat reli sekitar 1% terhadap yen dan franc sejak pekan lalu karena statusnya sebagai aset safe haven. Namun pada Rabu, daya tarik itu mulai meredup.

“Banyak daya tarik safe haven dari dolar mulai memudar, dan itu sebabnya pergerakannya jadi terbatas,” kata Matt Weller, Kepala Riset Pasar Global di StoneX. “Saya rasa pelaku pasar mulai menyadari hal itu dan menanti sikap dovish dari The Fed.”

The Fed akhirnya memutuskan untuk menahan suku bunga pada level yang sama seperti sebelumnya. Keputusan ini sudah diperkirakan sebelumnya, namun tetap memberi tekanan pada dolar yang cenderung bergerak datar.

Kondisi ini makin rumit karena pasar juga dihadapkan pada lonjakan harga minyak mentah yang mencapai sekitar US$75 per barel, serta ketidakpastian dampak kebijakan tarif dari Presiden Trump.

Data ekonomi terbaru juga menunjukkan bahwa jumlah klaim tunjangan pengangguran baru di AS memang turun, tapi angkanya masih cukup tinggi.

Secara tahunan, indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia sudah melemah sekitar 8% sejak awal tahun. Hal ini mencerminkan keraguan investor terhadap kondisi ekonomi AS dan kepemimpinan Trump dalam urusan perdagangan dan diplomasi.

Di sisi lain, beberapa mata uang utama mencatatkan penguatan. Poundsterling naik 0,25% ke US$1,3461 setelah data inflasi Inggris menunjukkan perlambatan di angka 3,4% pada Mei. Euro juga menguat 0,26% ke US$1,151.

Krona Swedia sedikit melemah terhadap euro setelah bank sentral negara itu memangkas suku bunga seperti yang diperkirakan pasar. Euro naik 0,57% ke 11,0300 krona.

Pergerakan mata uang pada hari itu juga cenderung terbatas karena pasar AS akan libur pada Kamis untuk memperingati hari libur nasional Juneteenth.

Sementara itu, investor juga masih menantikan hasil pertemuan sejumlah bank sentral besar lainnya seperti Swiss National Bank, Bank of England, dan Norges Bank yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga mereka pada Kamis.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Metrodata Suntik Rp150 Miliar ke Anak Usaha untuk Genjot Bisnis Solusi dan Konsultasi

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) menambah...

Pendapatan dan Laba ITMG Kompak Turun per September 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)...

Kinerja Positif,  Laba Triniti Land (TRIN) Melonjak 150% per September 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Perintis Triniti Properti Tbk atau...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru