Selasa, Agustus 26, 2025
34 C
Jakarta

The Fed Diproyeksikan Turunkan Suku Bunga, Inflow Asing ke Indonesia Bisa Meningkat

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) dua kali hingga akhir tahun. Setiap penurunan diproyeksikan sebesar 25 basis poin (bps). Total penurunan mencapai 50 bps, sehingga FFR bisa turun ke kisaran 3,75%–4,00% dari level saat ini 4,25%–4,50%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan prospek pelonggaran kebijakan moneter The Fed sejalan dengan pelemahan permintaan domestik di AS dan tren inflasi yang terus menurun. “Kami perkirakan Fed Funds Rate pada semester kedua ini akan turun dua kali. Probabilitasnya semakin tinggi,” ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG-BI, Rabu (20/8).

Meski begitu, Perry menegaskan ketidakpastian global tetap tinggi. Salah satunya berasal dari kebijakan tarif resiprokal AS yang berlaku sejak 7 Agustus 2025. Kebijakan ini mencakup 70 negara dari sebelumnya 44 negara, dengan beban lebih tinggi bagi mitra dagang utama, termasuk India dan Swiss. Kebijakan proteksionisme tersebut berpotensi menekan volume perdagangan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di bawah 3% pada 2025–2026.

Nada Dovish Powell Buka Ruang Pelonggaran BI

Pernyataan bernada dovish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam simposium Jackson Hole memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September 2025. Jika The Fed memangkas FFR, Bank Indonesia diperkirakan akan menjaga diferensial suku bunga untuk stabilitas nilai tukar rupiah.

“Biasanya ketika FFR diturunkan, ruang gerak penurunan suku bunga BI juga lebih besar. Hal ini karena BI perlu menjaga keseimbangan antara stabilitas rupiah, pengendalian inflasi, dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujar Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur), Stefanus Dennis Winarto.

Secara YTD hingga 21 Agustus 2025, investor asing tercatat melakukan outflow Rp52,99 triliun di pasar saham dan inflow Rp71,63 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Kondisi ini menunjukkan minat investor asing terhadap instrumen pendapatan tetap masih tinggi di tengah ketidakpastian global.

“Dengan inflasi yang tetap terjaga dalam target BI di kisaran 2,5±1%, serta rupiah yang relatif stabil, Indonesia memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih fleksibel dibanding sejumlah negara emerging market lain. Hal ini bisa menjadi katalis positif untuk menarik aliran dana asing,” tambah Stefanus.

Peluang Investasi di Tengah Prospek Pemangkasan Suku Bunga

Menurut Stefanus, kombinasi faktor global berupa potensi penurunan FFR dan fundamental domestik yang kuat membuka peluang positif di dua kelas aset utama, yakni obligasi pemerintah dan pasar saham.

“Pemangkasan suku bunga BI ke depan akan menjadi katalis penting. Pasar obligasi bisa mendapatkan sentimen positif, sementara di pasar saham, masuknya aliran dana asing berpotensi mendongkrak likuiditas. Namun, keberlanjutan inflow akan tetap bergantung pada perbaikan kinerja emiten serta arah kebijakan moneter global,” jelas Stefanus.

Di tengah kondisi ini, Stefanus menilai momentum saat ini paling optimal dimanfaatkan melalui instrumen Reksa Dana, khususnya Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Reksa dana ini menempatkan minimal 80% portofolio pada surat utang sehingga memberikan kinerja lebih stabil dengan risiko lebih rendah dibanding saham.

“Dengan peluang inflow asing ke pasar obligasi dan ruang pelonggaran suku bunga BI, RDPT menjadi salah satu pilihan yang menarik untuk portofolio investasi,” tegas Stefanus.

Artikel Terkait

Pendapatan dan Laba Gowa Makassar (GMTD) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk...

Dolar AS Stabil Setelah Anjlok Imbas Komentar Powell

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Cucu Usaha Waskita Karya Dapat Restu Restrukturisasi Utang Rp165 Miliar

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Waskita Fim Perkasa Realti (WFPR),...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru