Kamis, Agustus 7, 2025
33.5 C
Jakarta

Waduh! Wall Street Longsor Berjamaah, Dow Rontok 816 Poin Gara-Gara Dua Hal Ini!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kompak ditutup melemah tajam pada akhir perdagangan Rabu (21/5/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (22/5/2025) WIB. Kenaikan tajam imbal hasil obligasi pemerintah dan kekhawatiran defisit anggaran membuat investor panik dan buru-buru melepas saham.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) anjlok 816,8 poin atau turun 1,91% ke level 41.860,44. Indeks S&P 500 (SPX) 500 turun 95,85 poin atau 1,61% dan berakhir di level 5.844,61. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, melemah 270,07 poin atau 1,41% menjadi 18.872,64.

Pelemahan ini dipicu lonjakan imbal hasil obligasi jangka panjang AS. Yield obligasi 30 tahun melonjak ke level 5,09%, tertinggi sejak Oktober 2023. Yield obligasi acuan 10 tahun juga naik ke level 4,59%.

Para pelaku pasar semakin cemas karena rencana undang-undang anggaran baru dinilai bisa makin membebani defisit negara yang sudah besar. Kekhawatiran meningkat setelah lelang obligasi 20 tahun di sesi sore berlangsung buruk. Ini mengindikasikan minat investor terhadap surat utang AS mulai menurun.

Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi CFRA Research, mengatakan bahwa pasar khawatir terhadap arah kebijakan fiskal AS.

“Pertanyaannya sekarang dari sisi fiskal adalah, seperti apa rancangan undang-undang pajaknya, dan apakah itu akan membatalkan semua upaya penghematan fiskal baru-baru ini dengan hanya memperlambat laju kenaikan utang?” ujar Stovall kepada CNBC.

“Itulah kenapa yield obligasi 10 tahun bergerak naik — karena investor khawatir bahwa kita sebenarnya tidak melakukan apa-apa untuk menekan inflasi dan mengurangi utang,” lanjutnya.

Menurut Stovall, peluang pengesahan rancangan undang-undang pajak saat ini semakin besar. Namun, jika disahkan, hal itu bisa makin menambah beban utang negara.

Bulan lalu, imbal hasil obligasi AS juga sempat melonjak setelah kekhawatiran soal tarif baru dari mantan Presiden Donald Trump mencuat. Yield obligasi 10 tahun bahkan sempat naik dari di bawah 3,9% menjadi lebih dari 4,5% hanya dalam beberapa hari. Ketegangan sempat mereda setelah Trump menunda penerapan tarif tersebut.

Saham Target anjlok 5,2% setelah perusahaan ritel ini memangkas proyeksi penjualan tahunannya. Pihak manajemen menyebut ketidakpastian tarif dan reaksi negatif atas kebijakan internal soal keberagaman sebagai penyebabnya.

Sementara itu, UnitedHealth jadi saham terburuk di Dow setelah turun 5,8%. Penurunan ini terjadi usai perusahaan mendapat downgrade dari HSBC.

Saham-saham teknologi besar seperti Apple dan Amazon juga ikut terseret. Kenaikan suku bunga membuat saham-saham pertumbuhan seperti mereka ikut ditekan.

Pelemahan hari ini terjadi setelah sesi perdagangan sebelumnya juga berat. S&P 500 mengakhiri tren kenaikan enam harinya, sementara Nasdaq mencatat hari negatif pertamanya dalam tiga hari terakhir.

Padahal, ketiga indeks utama sempat reli cukup tajam bulan lalu setelah tekanan jual akibat pengumuman tarif baru oleh Trump. Dalam sebulan terakhir, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing sudah naik lebih dari 13% dan 18%.

“Beberapa investor mulai khawatir kita sudah naik terlalu cepat dan perlu waktu untuk mencerna kenaikan tersebut,” tambah Stovall.

Artikel Terkait

Wall Street Ditutup Menguat, Apple Jadi Pendorong Utama Pasar

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup menguat pada perdagangan hari...

Bursa Saham Swiss Melemah Saat Pejabat Negara Bertolak ke AS Bahas Tarif

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup bervariasi pada...

Bursa Asia Menguat Tipis Meski Diwarnai Ancaman Tarif Baru dari Trump

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru