STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir menguat tipis pada penutupan perdagangan Jumat (21/3/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (22/3/2025) WIB. Kenaikan ini sekaligus mengakhiri tren pelemahan yang berlangsung selama empat pekan berturut-turut.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) menguat 32,03 poin atau 0,08% menjadi 41.985,35. Indeks S&P 500 (SPX) 500 bertambah 4,67 poin atau 0,08% mencapai 5.667,56. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, mencatat kenaikan 92,43 poin atau 0,52% ke posisi 17.784,05.
Secara mingguan, S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan 0,5% setelah terhindar dari penurunan lima pekan berturut-turut. Nasdaq naik 0,2% dalam sepekan, sedangkan Dow Jones mencatat kenaikan lebih besar, mencapai 1,2%.
Perdagangan berlangsung cukup volatil karena bertepatan dengan “quadruple witching,” yaitu momen ketika opsi saham, indeks berjangka, opsi indeks, dan saham berjangka tunggal jatuh tempo bersamaan. Goldman Sachs memperkirakan lebih dari US$4,7 triliun eksposur opsi akan berakhir pada hari itu.
Pasar sempat bergerak naik dari level terendahnya setelah pernyataan Presiden Donald Trump yang menyebutkan adanya kemungkinan “fleksibilitas” dalam kebijakan tarif. Namun, ia menegaskan bahwa tarif yang akan diberlakukan pada batas waktu 2 April tetap bersifat timbal balik. Trump menegaskan semua negara yang mengenakan tarif atas barang-barang AS akan dikenakan tarif serupa.
Ketidakpastian tarif ini terus membayangi pasar. Michael Green, Kepala Strategi di Simplify Asset Management, mengatakan bahwa kebingungan terkait kebijakan ini membuat perusahaan ragu dalam mengambil keputusan bisnis.
“Perusahaan semakin sering menyebut ketidakpastian dalam perencanaan mereka, termasuk belanja modal dan perekrutan tenaga kerja. Ketika mereka menunda keputusan, itu berarti aktivitas ekonomi mereka melambat,” ujarnya.
Beberapa saham utama melemah, di antaranya FedEx yang anjlok 6,5% setelah memangkas proyeksi laba karena melemahnya ekonomi industri di AS. Saham Nike juga turun lebih dari 5% setelah perusahaan menyatakan penjualan kuartal ini kemungkinan tidak akan memenuhi ekspektasi analis akibat tarif dan menurunnya kepercayaan konsumen.
S&P 500 sempat masuk ke wilayah koreksi saat mengalami tekanan jual sejak akhir Februari. Saat ini, indeks berada hampir 8% di bawah rekor tertingginya, mendekati batas koreksi 10%. Sepanjang bulan ini, indeks telah beberapa kali mencoba pulih, termasuk kenaikan 1% pada Rabu setelah Federal Reserve mengindikasikan masih akan memangkas suku bunga dua kali tahun ini.