STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir beragam pada penutupan perdagangan hari Rabu (8/1/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (9/1/2025) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York mengalami kenaikan 106,84 poin atau 0,25% menjadi 42.635,20. Indeks S&P 500 (SPX) naik tipis 0,16% atau 9,22 poin menuju level 5.918,25. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, tergelincir 0,06% atau 10,8 poin mencapai 19.478,88.
Pergerakan ini terjadi di tengah kekhawatiran investor terhadap inflasi yang menjadi perhatian utama Federal Reserve. Dalam notulen rapat terbaru, The Fed menegaskan bahwa risiko inflasi semakin meningkat. “Komite mungkin sudah mendekati titik untuk memperlambat pelonggaran kebijakan moneter,” bunyi pernyataan dalam notulen tersebut.
Pasar obligasi ikut bergerak liar sepanjang hari. Imbal hasil Treasury 10-tahun menyentuh 4,7%, mendekati level tertinggi sejak April. Kenaikan ini dipicu oleh spekulasi bahwa kebijakan tarif dan pajak Presiden terpilih Donald Trump dapat memicu lonjakan inflasi.
Investor kini menanti laporan payroll Desember yang akan dirilis Jumat mendatang. Laporan ini diharapkan memberikan gambaran arah suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. “Ketidakpastian kebijakan yang dirancang Trump membuat analis kesulitan memprediksi jalur suku bunga dan ekonomi,” ujar Jeffrey Roach, kepala ekonom LPL Financial.
Di sektor saham teknologi, beberapa emiten besar mengalami tekanan. Saham Palantir, yang sempat naik lebih dari 340% sepanjang 2024, turun 2,5% dalam tiga hari berturut-turut. Saham Advanced Micro Devices (AMD) juga terpuruk 4,3% setelah mendapat penurunan peringkat dari HSBC.