Jumat, November 28, 2025
28.4 C
Jakarta

Wall Street Ditutup Bervariasi: Nasdaq Naik 1%, Dow Jones Melemah

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street menunjukkan pergerakan yang beragam pada penutupan perdagangan Rabu (12/3/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (13/3/2025) WIB. Investor panik setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru. Indeks utama pasar saham Amerika Serikat kompak tertekan di akhir perdagangan. Ketidakpastian pasar semakin meningkat akibat kebijakan tersebut.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 82,55 poin atau 0,2% menjadi 41.350,93. Sebaliknya, indeks S&P 500 (SPX) mencatat kenaikan 27,23 poin atau 0,49% ke level 5.599,3. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, menguat 212,36 poin atau 1,22% ke posisi 17.648,45.

Kenaikan Nasdaq didorong oleh saham-saham teknologi yang sebelumnya tertekan. Nvidia melonjak 6,4%, AMD naik lebih dari 4%, Meta Platforms meningkat 2%, dan Tesla melesat lebih dari 7%.

Data inflasi terbaru menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) meningkat 0,2% pada Februari, menempatkan laju inflasi tahunan di 2,8%. Angka ini lebih rendah dari perkiraan Dow Jones yang memprediksi kenaikan 0,3% untuk bulan tersebut dan 2,9% secara tahunan. CPI inti, yang tidak memasukkan harga makanan dan energi yang volatil, naik 0,2% bulan ke bulan dan 3,1% untuk 12 bulan terakhir, juga di bawah ekspektasi.

Dave Grecsek, Managing Director di Aspiriant Wealth Management, berkomentar bahwa data inflasi yang lebih rendah ini dapat meredakan kekhawatiran tentang stagflasi dan memberikan fleksibilitas kebijakan bagi Federal Reserve. “Jika angka inflasi ini lebih tinggi, kekhawatiran seperti Fed yang tidak dapat merespons jika ekonomi terus melemah akan lebih berat,” ujarnya.

Pada saat yang sama, tarif baja dan aluminium yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump mulai berlaku pada Rabu. Kanada merespons dengan menerapkan tarif balasan sebesar 25% pada barang-barang AS senilai lebih dari US$20 miliar. Uni Eropa juga berencana memberlakukan tarif balasan pada impor AS senilai 26 miliar euro (US$28,33 miliar) mulai April.

Ketegangan perdagangan yang meningkat ini menimbulkan kekhawatiran akan resesi di AS. Sebagian alasan penjualan saham baru-baru ini adalah kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu dapat meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan, yang dikenal sebagai stagflasi.

Minggu ini, Dow, S&P 500, dan Nasdaq semuanya turun sekitar 3%. S&P 500 sempat memasuki wilayah koreksi pada Selasa, turun 10% dari rekor yang dicapai pada Februari. Selama sebulan terakhir, S&P 500 kehilangan lebih dari 7%, sementara Dow dan Nasdaq masing-masing turun 6,8% dan 10,2%.

Grecsek menambahkan bahwa penurunan pasar saat ini tidak mengejutkan mengingat kekuatan luar biasa pasar ekuitas AS selama dua tahun terakhir. “Tapi saya pikir setelah kita melewati ini—kita berada di tahap awal dari perubahan kebijakan fiskal utama ini—akan ada kabar baik yang datang,” katanya.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Wall Street Libur Thanksgiving, Investor Siap “Gaspol” Besok Pagi

STOCKWATCH.ID (NEW YORK) – Bursa saham Wall Street tutup...

Isu Akuisisi Bikin Saham Puma Terbang 18%, Bursa Eropa Selamat dari Zona Merah

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup menguat pada...

Full Senyum! Bursa Asia Kompak Menghijau, Investor India Panen Besar

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Mayoritas bursa saham Asia-Pasifik berakhir menguat...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru