STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali jeblok pada penutupan perdagangan hari Kamis (12/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (13/12/2024) WIB. Laporan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan mengguncang sentimen investor.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 234,44 poin atau 0,53%, berakhir di level 43.914,12. Indeks S&P 500 (SPX) merosot 32,94 poin atau 0,54%, menjadi 6.051,25. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi melemah 132,05 poin atau 0,66%, menyentuh level 19.902,84.
Saham teknologi menjadi penyebab utama penurunan ini. Nvidia turun lebih dari 1%. Saham Adobe bahkan terjun hingga 13% setelah memberikan proyeksi lemah untuk tahun 2025. Meta Platforms, Alphabet, dan Amazon juga terkoreksi, meski penurunannya tidak terlalu besar.
Data indeks harga produsen (PPI) AS menunjukkan kenaikan 0.4% pada bulan lalu. Angka ini jauh di atas ekspektasi ekonom sebesar 0.2%. Data tersebut menambah kekhawatiran bahwa inflasi masih belum terkendali.
Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Kondisi ini semakin menekan pasar.
Keith Buchanan, Senior Portfolio Manager di Globalt Investments, memberikan pandangannya. “Trajektori disinflasi terlihat menjanjikan, tetapi sekaligus mengkhawatirkan. Kita masih di bawah 3%, tapi target 2% dari The Fed tampaknya makin sulit dicapai,” katanya kepada CNBC.
Meski begitu, Buchanan optimistis Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pekan depan. Data CME FedWatch menunjukkan peluang 95% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0.25 poin persentase.
“Kalau mereka punya rencana berbeda, pasti kita sudah mengetahuinya sekarang,” tambah Buchanan.
Sebelumnya, Wall Street sempat mengalami perdagangan yang bervariasi. Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. S&P 500 sedikit menguat, tetapi Dow mencatat penurunan lima hari berturut-turut.
Investor kini menunggu keputusan suku bunga The Fed dan data ekonomi berikutnya. Ketidakpastian masih menyelimuti pasar, terutama terkait dampak inflasi terhadap perekonomian AS.