STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup kompak menguat pada perdagangan hari Jumat (8/8/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (9/8/2025) WIB). Penguatan ini dipimpin oleh sektor teknologi.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) naik 206,97 poin atau 0,47% menjadi 44.175,61. Indeks S&P 500 (SPX) 500 bertambah 49,45 poin atau 0,78% mencapai 6.389,45.. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi melonjak 207,32 poin atau 0,98% ke level 21.450,02.
Wall Street ditutup menguat pada perdagangan terakhir. Dow Jones Industrial Average naik 206,97 poin atau 0,47% menjadi 44.175,61. Indeks Nasdaq melonjak 207,32 poin atau 0,98% ke level 21.450,02. Sementara itu, S&P 500 bertambah 49,45 poin atau 0,78% mencapai 6.389,45. Ini merupakan penutupan tertinggi sepanjang Sejarah. Pada sesi perdagangan, indeks Nasdaq juga sempat menyentuh rekor intraday baru.
Dalam sepekan, ketiga indeks utama mencatat kinerja positif. Dow Jones naik 1,4%, S&P 500 melesat 2,4%, dan Nasdaq melonjak 3,9%.
Kenaikan ini tidak lepas dari dorongan saham Apple yang menjadi motor penggerak sektor teknologi di S&P 500 dan Nasdaq.
Produsen iPhone itu melesat 13% sepanjang pekan, mencatat performa terbaik sejak Juli 2020. Lonjakan terjadi usai Apple mengumumkan rencana investasi sekitar US$600 miliar dalam empat tahun ke depan di AS untuk meredakan ketegangan dengan Presiden Donald Trump.
Saham Apple bahkan bertambah lagi 4,2% pada Jumat.
Kabar ini muncul di tengah kebijakan Trump yang akan memberlakukan tarif 100% untuk impor semikonduktor dan chip. Namun, ada pengecualian untuk perusahaan yang memproduksi di AS.
Investor melihat kebijakan ini tidak seketat perkiraan awal. Mereka juga tampak mengabaikan tarif “resiprokal” yang mulai berlaku Kamis tengah malam, termasuk bea masuk tertinggi untuk Suriah sebesar 41%, serta Laos dan Myanmar masing-masing 40%.
Trump memperingatkan pengadilan AS agar tidak membatalkan kebijakan tarifnya. “Jika itu terjadi, akan seperti tahun 1929 lagi, sebuah DEPRESI BESAR,” tulis Trump di Truth Social. Ia juga menyebut kebijakan tersebut memberi “dampak positif besar” pada pasar.
Pasar saham sempat anjlok pada April setelah Trump mengumumkan paket tarif besar-besaran. Saat itu, S&P 500 masuk ke area koreksi dan mencatat penurunan harian terbesar sejak 2020.
“Reaksi pasar pada pengumuman 2 April menunjukkan bagaimana pandangan pasar terhadap tarif,” ujar Ross Mayfield, analis investasi di Baird.
Menurutnya, investor cenderung percaya pemerintahan tidak akan benar-benar menjalankan rencana tarif yang terlalu agresif. “Ini seperti situasi ayam dan telur. Kita masih berada di tahap akhir untuk melihat arah akhirnya,” lanjut Mayfield.
Ia menambahkan, jika pasar tidak bereaksi karena menunggu perubahan, pemerintah bisa saja menganggap pasar mendukung kebijakan tersebut, bukan menantikan revisi. “Ini memang situasi yang rumit,” katanya.