STOCKWATCH.ID (NEW YORK) – Wall Street kembali mengalami tekanan besar pada penutupan perdagangan Jumat (6/9/2024) waktu setempat, atau Sabtu pagi (7/9/2024) WIB. Indeks Nasdaq, yang didominasi oleh saham teknologi, terpuruk dan mencatatkan penurunan mingguan terburuk sejak 2022. Investor panik karena data ekonomi yang melemah dan aksi jual besar-besaran di sektor teknologi.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), di Bursa Efek New York, AS anjlok 410,34 poin atau 1,01% menjadi 40.345,41. Sementara itu, S&P 500 merosot 94,99 poin atau 1,73%, berakhir di level 5.408,42. Nasdaq mencatat penurunan paling tajam, jatuh 436,83 poin atau 2,55%, menutup di level 16.690,83. Dengan penurunan ini, Nasdaq berada lebih dari 10% di bawah rekor tertingginya.
Kekhawatiran terhadap prospek ekonomi semakin menekan pasar. Emily Roland, co-chief investment strategist di John Hancock Investment Management, menyebutkan bahwa ketidakpastian di pasar dipicu oleh sentimen negatif yang mendominasi. “Ketidakpastian apakah data buruk ini akan mendorong kebijakan Federal Reserve yang lebih agresif membuat investor gelisah,” ujarnya.
Saham-saham teknologi besar juga tak luput dari aksi jual. Amazon jatuh 3,7%, Alphabet anjlok 4%, dan Meta turun lebih dari 3%. Saham Broadcom mengalami penurunan 10% setelah memberikan panduan kuartalan yang mengecewakan. Saham semikonduktor lainnya, seperti Nvidia dan AMD, juga turun sekitar 4%. VanEck Semiconductor ETF (SMH) mencatatkan pekan terburuk sejak Maret 2020, turun 4%.
Secara keseluruhan, minggu ini menjadi salah satu yang terburuk bagi pasar saham. S&P 500 turun 4,3%, mencatatkan penurunan mingguan terburuknya sejak Maret 2023. Nasdaq bahkan lebih parah, turun 5,8%, pekan terburuk sejak 2022. Indeks Dow Jones juga ikut terseret, turun 2,9%.
Data pekerjaan terbaru memperparah kekhawatiran di pasar. Pertumbuhan nonfarm payrolls hanya mencapai 142.000, jauh di bawah ekspektasi yang memprediksi kenaikan sebesar 161.000. Meski begitu, tingkat pengangguran turun menjadi 4,2%, sesuai dengan ekspektasi para ekonom.
Investor kini menanti keputusan The Fed selanjutnya. Banyak yang memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 0,25%, namun beberapa pihak berspekulasi bahwa pemangkasan mungkin lebih besar jika pelemahan di pasar tenaga kerja terus berlanjut.