STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street Wall Street kembali mencatat hari yang suram di awal September ini. Pada penutupan perdagangan hari Rabu (4/9/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (5/9/2024) WIB, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite terpaksa menelan kerugian selama dua sesi berturut-turut. Pasar saham Amerika Serikat (AS) itu, mengalami awal bulan September yang sulit.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS menguat tipis 38,04 poin atau 0,09% menjadi 40.974,97. Berbanding terbalik, Indeks S&P 500 (SPX) melemah 8,86 poin atau 0,16%, mencapai 5.520,07. Segendang sepenarian, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi meroket juga merosot 52,00 poin atau 0,3% menyentuh 17.084,30.
Keith Lerner, co-chief investment officer Truist, menyebutkan bahwa para investor masih dalam suasana hati-hati pasca penurunan kemarin. “Setidaknya ada sedikit aksi beli setelah penjualan besar kemarin, tapi ini masih perdagangan dengan keyakinan rendah. Semua menunggu laporan ketenagakerjaan Jumat ini, dan sampai saat itu, pasar masih dalam posisi menunggu,” ujar Lerner.
Di sisi lain, saham Nvidia jatuh 1,7% setelah adanya laporan dari Bloomberg yang menyebutkan bahwa Departemen Kehakiman AS mengirimkan panggilan pengadilan kepada perusahaan chip ini. Hal ini terjadi setelah Nvidia anjlok lebih dari 9% pada hari Selasa, seiring dengan penurunan lebih luas pada sektor semikonduktor.
Meski demikian, beberapa saham teknologi besar dan chip mulai bangkit. Saham Advanced Micro Devices (AMD) dan Tesla masing-masing melonjak sekitar 3% dan 4%. Selain itu, Meta Platforms, Marvell Technology, Broadcom, dan Qualcomm juga mengalami kenaikan.
Indeks saham sempat bangkit dari posisi terendahnya saat kurva imbal hasil Treasury kembali ke kondisi normal untuk sementara waktu. Sebelumnya, kurva ini terbalik dengan imbal hasil obligasi 10 tahun lebih rendah dibandingkan obligasi 2 tahun, yang sering kali menjadi sinyal resesi dan memicu kekhawatiran investor. Pada hari Rabu, imbal hasil obligasi 10 tahun kembali setara dengan imbal hasil 2 tahun dan bahkan sempat sedikit lebih tinggi.
Wall Street sebelumnya telah mencatat sesi perdagangan yang buruk, dengan indeks utama mengalami penurunan terburuk sejak penjualan besar pada 5 Agustus lalu. Tekanan pada saham semikonduktor dan data ekonomi terbaru yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS semakin memperparah situasi.
Para trader kini bersiap menghadapi lebih banyak volatilitas di bulan September ini, dengan banyak yang memperkirakan penurunan lebih dari 5% dalam periode yang secara historis memang lemah untuk ekuitas. Namun, menurut Sid Vaidya, chief investment strategist dari TD Wealth, volatilitas jangka pendek seperti ini adalah hal yang normal dan seharusnya tidak membuat investor panik. “Dari sudut pandang kami, ini adalah volatilitas normal dalam jangka pendek,” jelas Vaidya. “Kami tidak akan mengubah posisi hanya berdasarkan pergerakan selama satu setengah hari terakhir.”