Jumat, September 26, 2025
30.9 C
Jakarta

Yen Jepang Menguat di Tengah Drama Politik, Ada Apa Nih?

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap yen Jepang pada perdagangan Rabu (23/7/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (24/7/2025) WIB. Pergerakan ini terjadi di tengah kabar kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang serta spekulasi soal masa depan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba.

Mengutip CNBC International, yen sempat menyentuh level terkuat sejak 11 Juli di posisi 146,20 per dolar usai berita perjanjian dagang dirilis. Namun, nilai tukar ini sempat berbalik melemah setelah muncul laporan Ishiba akan mundur menyusul kekalahan partainya dalam pemilu majelis tinggi.

Ishiba kemudian membantah kabar tersebut. Ia menyebut laporan pengunduran dirinya sebagai “tidak berdasar sama sekali”. Setelah pernyataan itu, yen kembali menguat dan dolar terakhir tercatat turun 0,1% ke posisi 146,44 yen.

Mata uang Jepang juga menguat terhadap euro, yang turun 0,3% ke 171,82 yen.

Perjanjian dagang ini memang cukup melegakan. Tarif impor mobil diturunkan dan Jepang terhindar dari pengenaan tarif tambahan oleh AS. Kondisi ini memberi ruang bagi Bank of Japan untuk tetap melanjutkan kenaikan suku bunga secara hati-hati.

“Kesepakatan dagang ini menjadi kabar utama hari ini dan pengaruhnya terhadap kebijakan BOJ membuat yen menguat, dengan target berikutnya mendekati 145,” tulis Jordan Rochester, Kepala Strategi FICC untuk kawasan EMEA di Mizuho Bank.

Di sisi lain, pergerakan mata uang lainnya cenderung terbatas karena ketidakpastian soal arah kebijakan tarif global. Investor juga masih ragu terhadap dampak riil dari negosiasi yang berlangsung.

Sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif pada awal April, dolar menjadi salah satu mata uang yang paling tertekan. Meski tekanan sempat mereda saat negosiasi dimulai, pelemahan dolar tetap berlangsung hingga bulan ini.

Banyak negara masih menghadapi tenggat waktu 1 Agustus untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Kondisi ini membuat investor tetap berhati-hati.

“Pasar tampaknya sudah memperkirakan adanya tarif menyeluruh, misalnya 10%, dan itu sudah didiskon cukup lama,” ujar Jeff Young, Kepala Strategi Investasi di PGIM Quantitative Solutions, New Jersey.

Ia menambahkan, “Efeknya terhadap dolar akan masuk dalam gambaran makro secara keseluruhan. Sulit memisahkan dampak tarif dengan faktor lain karena sebagian besar sudah tercermin di pasar.”

Sementara itu, euro tercatat menguat 0,412% terhadap dolar ke level US$1,1762. Selama sepekan, euro sudah naik 0,81% terhadap dolar, didorong harapan pulihnya perdagangan global.

Kenaikan ini terjadi di tengah kunjungan delegasi perdagangan Uni Eropa ke Washington. Meski Bank Sentral Eropa akan menggelar rapat pada Kamis, pasar tidak mengharapkan perubahan suku bunga.

Pound sterling juga naik 0,3% menjadi US$1,3571. Sentimen positif terhadap ekonomi global dan naiknya harga komoditas logam turut mendorong penguatan dolar Australia. Mata uang ini naik 0,4% ke US$0,6584 dan sempat menyentuh level tertinggi dalam delapan bulan.

Artikel Terkait

Sepanjang 2025: Inflow SBN Rp42,6 Triliun, Outflow Saham Rp58,7 Triliun, SRBI Rp119,6 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Di tengah gejolak pasar keuangan global,...

United Tractors Jual Alat Berat Komatsu 3.408 Unit per Agustus 2025, Naik 16%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Penjualan alat berat Komatsu milik PT...

Pasca Diakuisisi Manulife, Bagaimana Nasib Karyawan Schroders? Ini Kata Bos MAMI!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)  –– PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru