STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Jumlah investor pasar modal Indonesia sudah lebih darii 13 juta single investor identification (SID). Angka ini setara dengan 4,6% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 281.603.800 jiwa. Selama tahun 2024, pertumbuhan SID baru mencapai lebih dari 863 ribu.
Adapun jumlah investor saham di Indonesia saat ini mencapai 5,7 juta SID. Itu setara dengan sekitar 2,02% dari total populasi. “Pertumbuhan investor adalah indikasi bahwa pasar modal masih menarik bagi masyarakat,” jelas Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, di Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Kendati begitu, menurut para pelaku pasar, baru sekitar 147 ribu investor yang aktif bertransaksi setiap harinya. Jika dipukul rata, dalam sebulan, angka investor yang aktif melakukan transaksi saham diperkirakan hanya sekitar 500-an ribu, atau cuma kisaran 4% dari total investor di Indonesia.
Jeffrey mengakui, kenaikan jumlah investor tidak berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas harian investor. Meski demikian, katanya, tetap ada pertumbuhan ketimbang tahun sebelumnya. “Jika kita melihat tingkat aktivitas harian, mingguan, dan bulanan, ada peningkatan dibandingkan periode tahun lalu. Artinya, faktor eksternal dan internal tahun ini lebih kondusif,” terang Jeffrey.
Ia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sehingga jumlah investor yang aktif masih terbilang kecil. Itu antara lain adalah suku bunga yang masih tinggi sehingga menjadi alternatif investasi bagi sebagian pemodal. “Investor di pasar modal sangat beragam. Ada yang appetite terhadap risikonya cukup tinggi dan aktif bertransaksi setiap hari. Ada juga yang risikonya lebih rendah, melakukan transaksi sebulan sekali atau beralih ke efek obligasi,” jelas Jeffrey.
Jeffrey juga menekankan pentingnya diversifikasi investasi. “Beralih ke reksadana pun baik. Return tertinggi yang bisa didapat investor adalah yang terbaik untuk industri ini,” ujarnya.
Untuk mendorong aktivitas investor di pasar saham, BEI memberikan pelatihan. “Kami berikan pelatihan baik level 1, level 2, maupun lanjutan. Investor yang meningkatkan skill mereka akan lebih mampu menghadapi risiko dan menyusun strategi yang lebih baik,” tambah Jeffrey.
Meskipun dinamika pasar tidak bisa dikendalikan, BEI berupaya memberikan edukasi yang tepat. “Investor harus belajar dari sumber yang tepat. Baik saat tren pasar naik maupun turun, itu adalah mekanisme pasar,” tutupnya.