STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street rontok berjamaah pada penutupan perdagangan hari Kamis (10/10/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (11/10/2024) WIB. S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average terpaksa turun dari rekor tertinggi. Penyebab utamanya adalah inflasi yang terus membayangi perekonomian, membuat para investor khawatir.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS turun 57,88 poin atau 0,14% menjadi 42.454,12. Indeks S&P 500 (SPX) juga mengalami penurunan sebesar 57,88 poin atau 0,21%, mencapai 5.780,05. indeks komposit Nasdaq (IXIC) pun melemah 9,57 poin atau 0,05% ke angka 18.282,05.Inflasi.
Penurunan ini dipicu oleh laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) terbaru yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan. Luke O’Neill, manajer portofolio di CooksonPeirce, menjelaskan, “Tidak ada kejutan besar, tetapi beberapa data dasar menunjukkan inflasi lebih panas dari ekspektasi. Ini membuat investor menjual saham perusahaan kecil dan menengah yang sensitif terhadap suku bunga.”
Data CPI bulan September mencatat kenaikan sebesar 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya, sementara inflasi tahunan mencapai 2,4%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prediksi analis yang memperkirakan kenaikan bulanan 0,1% dan tingkat inflasi tahunan 2,3%. Meskipun inflasi tahunan ini adalah yang terendah sejak Februari 2021, kekhawatiran pasar tetap tinggi.
Presiden Bank Sentral Atlanta, Raphael Bostic, ikut memberikan pandangannya. “Saya terbuka untuk menghentikan sementara pemotongan suku bunga. Mungkin ini saatnya untuk berhenti sejenak,” katanya dalam wawancara dengan The Wall Street Journal. Bostic mengisyaratkan bahwa keputusan suku bunga pada pertemuan November mendatang masih bisa berubah.
Pasar semakin khawatir bahwa Federal Reserve mungkin memperlambat pemotongan suku bunga lebih lanjut. Berdasarkan data perdagangan Fed funds futures, ada peluang 85% bahwa suku bunga akan dipotong 0,25% pada pertemuan berikutnya.
Dalam rapat terakhir The Fed, beberapa anggota juga berbeda pendapat mengenai seberapa besar pemotongan yang tepat. Meski mayoritas mendukung pemotongan setengah poin, beberapa lainnya lebih memilih pemotongan yang lebih kecil.
Menurut O’Neill, data hari Kamis ini semakin memperkuat kemungkinan adanya pemotongan 25 basis poin pada pertemuan The Fed di November nanti.
Di tengah ketidakpastian pasar, beberapa saham mengalami pergerakan signifikan. Saham Universal Insurance melonjak 12% setelah Badai Milton menghantam Florida. Namun, tidak semua kabar baik. Pfizer justru merosot 3% setelah investor aktivis Starboard Value menuduh perusahaan mengancam dua mantan eksekutifnya dengan tuntutan hukum. Sementara itu, saham Advanced Micro Devices (AMD) anjlok 4% usai peluncuran chip kecerdasan buatan yang bersaing dengan Nvidia.
Penutupan Wall Street kali ini menjadi sinyal bahwa inflasi tetap menjadi perhatian utama para investor, meskipun ada berbagai upaya dari The Fed untuk menstabilkan perekonomian.Bursa Saham Eropa Melejit! Stimulus China dan Harga Minyak Turun, Pasar Optimistis