Jumat, Agustus 8, 2025
33.3 C
Jakarta

Bertambah 2 Juta Setahun, KSEI Yakin 20 Juta Investor Pasar Modal Tercapai pada 2027!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Jumlah investor pasar modal di Indonesia diproyeksikan terus bertambah. Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat, optimistis target 20 juta investor akan tercapai pada 2027. “Kami mendukung penuh roadmap OJK 2023-2027 dan siap berkontribusi untuk mencapainya,” ujar Samsul, di Jakarta, Senin (23/12/2024).

KSEI menargetkan penambahan 2 juta investor setiap tahun hingga 2027. Sampai dengan 29 November 2024, jumlah investor pasar modal di Indonesia sudah mencapai 14,6 juta Single Investor Identification (SID). Angka ini mencatat pertumbuhan 20% dari 12,17 juta SID pada 2023.

Samsul menjelaskan, jumlah tersebut merupakan data terkonsolidasi dari berbagai jenis investasi. “Ini mencakup investor saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN), dan efek lainnya yang tercatat di KSEI,” jelasnya.

Secara rinci, terdapat 6,27 juta investor yang memiliki saham dan efek lainnya, meningkat 19% dari 5,26 juta pada 2023. Investor reksa dana juga naik 21%, dari 11,42 juta pada tahun lalu menjadi 13,76 juta.

Samsul menambahkan, total aset yang tercatat di KSEI hingga akhir November 2024 mencapai Rp8,05 triliun. Peningkatan ini sejalan dengan kenaikan IHSG dan kapitalisasi pasar.

Selain itu, nilai Asset Under Management (AUM) reksa dana yang tercatat di KSEI juga mengalami pertumbuhan. Hingga 29 November 2024, AUM reksa dana mencapai Rp803 triliun, naik dari Rp794 triliun tahun sebelumnya.

Dengan target tersebut, lanjut Samsul, jumlah investor pasar modal diharapkan mencapai 16 juta SID pada akhir 2025. Angka ini akan terus bertambah hingga 18 juta SID pada 2026, dan akhirnya menyentuh 20 juta SID di 2027.

“Target ini bukan hanya milik KSEI, melainkan target bersama seluruh ekosistem pasar modal. KSEI berperan sebagai pendukung untuk merealisasikan tambahan 2 juta investor per tahun,” imbuh Samsul.

Pertumbuhan jumlah investor juga didorong oleh program strategis yang menyasar berbagai kalangan. Samsul menyoroti peran penting generasi milenial dalam pertumbuhan ini. “Tren dari 2020 hingga 2024 menunjukkan semakin banyak milenial mulai berinvestasi di pasar modal. Hal ini diperkirakan akan mendorong milenial lainnya untuk ikut berinvestasi,” katanya.

Selain itu, digitalisasi menjadi faktor kunci dalam akselerasi pertumbuhan investor. Digitalisasi di sektor keuangan membuka peluang besar. Akses yang lebih mudah melalui platform digital memungkinkan masyarakat, termasuk mahasiswa dan pelajar, untuk mulai berinvestasi. Produk keuangan lintas sektor semakin terintegrasi dengan digital market. “Banyak nasabah perbankan kini mulai mendiversifikasi asetnya, berpindah dari tabungan ke instrumen investasi,” imbuhnya.

Diversifikasi aset juga menjadi tren yang semakin diminati. Banyak orang mulai memindahkan aset mereka dari tabungan ke instrumen investasi yang lebih menguntungkan. Ini fenomena global yang juga terjadi di Indonesia. “Dengan berkembangnya pasar digital, kami yakin jumlah investor akan terus meningkat,” tambahnya.

Investor Pasar Modal Tembus 14,6 Juta

Direktur Penyelesaian, Kustodian, dan Pengawasan KSEI, Eqy Essiqy, menyebut total SID hingga akhir November 2024 mencapai 19,1 juta. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 16% dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 16,4 juta SID. Peningkatan ini menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia.

“Kalau kita lihat dari sisi jumlah efek di C-BEST, totalnya mencapai 3.223, naik 13% dari tahun 2023 yang hanya 2.862,” ujar Eqy. Nilai aset di C-BEST juga mengalami peningkatan. Dana KSEI per 29 November 2024 menunjukan, nilainya mencapai Rp8.055 triliun, naik 4% dari Rp7.744 triliun pada tahun sebelumnya.

Dari total SID, pasar modal mencatat kontribusi sebesar Rp14.585.087. Angka ini naik 20% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp12.168.061 juta. SID C-BEST juga menunjukkan pertumbuhan signifikan. Nilainya meningkat 19% menjadi Rp6.274.627 dari Rp5.255.571 pada 2023. Sementara itu, SID S-Invest tumbuh lebih tinggi lagi. Angkanya naik 21% menjadi Rp13.759.964 dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp11.416.711.

“Kami berharap di tahun depan nilai AUM jumlah produk investasi bisa meningkat lebih tinggi lagi,” tambah Eqy. Saat ini, nilai Asset Under Management (AUM) di S-Invest mencapai Rp803 triliun, naik tipis 1% dari Rp794 triliun tahun lalu. Jumlah produk investasi juga meningkat menjadi 2.287 dari 2.267.

Eqy menambahkan, sebaran investor domestic masih didominasi oleh Pulau Jawa. Investor di Jawa menyumbang 69,09% dengan aset senilai Rp4.684,15 triliun. Angka ini naik dibandingkan tahun lalu yang mencapai 68,12% dengan aset Rp4.583,73 triliun. Pulau Sumatera menempati posisi kedua dengan 15,6% investor dan aset Rp108,74 triliun, meski turun dari 17,78% pada 2023.

Kalimantan mencatat pertumbuhan signifikan. Investor di wilayah ini mencapai 4,91% dengan aset Rp158,64 triliun, naik dari Rp134,92 triliun pada 2023. Sulawesi juga tumbuh menjadi 5,44% dengan nilai aset Rp17,8 triliun, meningkat dari Rp16 triliun tahun lalu.

Di Bali, NTB, dan NTT, jumlah investor mencapai 3,69% dengan aset Rp23,07 triliun. Angka ini naik dari Rp18,98 triliun tahun sebelumnya. Maluku dan Papua juga mengalami pertumbuhan dengan jumlah investor 1,27% dan aset Rp6,22 triliun, naik dari Rp5,75 triliun.

“Harapannya, kita bisa melakukan pendalaman market di tahun depan, khususnya untuk meraih lebih banyak investor dari luar Pulau Jawa dan Sumatera,” tutup Eqy.

Artikel Terkait

Kembali Zona Hijau, IHSG Naik 0,58% ke 7.533,385

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Intiland (DILD) Perkuat Kinerja Keuangan, Intip Strategi Efisiensi Perseroan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development...

IHSG Sesi I Naik 0,78% ke 7.548,720, Diungkit Sederet Saham Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru