Kamis, Agustus 7, 2025
27.7 C
Jakarta

22 Perusahaan Siap Melantai di BEI, Tiga Raksasa IPO pada Kuartal I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Hingga 3 Januari 2025, sebanyak 22 perusahaan telah masuk pipeline pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal itu disampaikan langsung oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Nyoman mengungkapkan pipeline ini mencakup berbagai sektor. “Ada satu perusahaan dengan aset kecil, dua perusahaan skala menengah, dan 19 perusahaan dengan aset besar,” ujarnya.

Dia menambahkan, menurut peraturan OJK No. 53/POJK.04/2017, perusahaan-perusahaan ini dibagi dalam beberapa kategori aset. Ada satu perusahaan dengan aset kecil, di bawah Rp50 miliar. Kemudian, ada dua perusahaan dengan aset menengah, yaitu antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Sementara itu, 19 perusahaan lainnya masuk kategori aset besar, dengan nilai aset lebih dari Rp250 miliar.

Dari 22 perusahaan, lima berasal dari sektor Consumer Non-Cyclicals, setara dengan 22,7%. Sektor Basic Materials, Energy, Healthcare, dan Industrials masing-masing menyumbang tiga perusahaan atau 13,6%.

Sektor lain seperti Financials dan Properties & Real Estate diwakili masing-masing oleh dua perusahaan (9,1%). Hanya ada satu perusahaan (4,5%) dari sektor Consumer Cyclicals. Sementara sektor Technology, Transportation & Logistics, serta Infrastructures belum memiliki perwakilan.

Tiga Perusahaan Raksasa IPO Kuartal I 2025

Sebelumnya, Nyoman menyebutkan bahwa BEI sedang mempersiapkan IPO untuk tiga perusahaan besar. Namun, ia enggan mengungkapkan identitas ketiga calon emiten beraset jumbo tersebut. Nyoman hanya mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan ini berasal dari sektor industri dasar, energi, dan kesehatan. “Lighthouse company ada tiga di pipeline saat ini. Ada di basic industry, kemudian energy, sama satu lagi healthcare,” terangnya.

Menurut Nyoman, ketiga perusahaan tersebut sedang menyelesaikan dokumen yang diperlukan. “Dengan adanya proses yang kita lakukan, mereka ke-extend. Karena ada beberapa dokumen yang mereka harus lengkapi,” imbuhnya.

Nyoman mengungkapkan, pencatatan saham ketiga perusahaan ini diperkirakan akan berlangsung pada kuartal pertama tahun 2025. Namun, ia belum dapat memastikan berapa dana yang akan dihimpun dari aksi korporasi tersebut. Hal ini karena prospektus perusahaan masih dalam tahap finalisasi.  “Kami belum bisa memastikan angka pastinya,” tambah Nyoman.

Nyoman menegaskan, ketiga perusahaan ini telah memenuhi syarat sebagai lighthouse company. Meskipun dana yang akan dihimpun belum pasti. Ia juga optimistis kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut akan memberikan dampak positif bagi pasar modal Indonesia.

Untuk diketahui, kategori light house company memiliki kriteria khusus, yaitu perusahaan dengan aset minimal Rp3 triliun dan memiliki free float setidaknya 15%. Salah satu perusahaan beraset besar yang sudah resmi melantai di Bursa adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Perusahaan ini resmi  mencatatkan saham perdananya pada Kamis (5/12/2024). Selain itu, PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) juga sudah listing di BEI.

Target Pencatatan Saham BEI Naik di 2025

Sepanjang tahun 2024, BEI mencatat 41 perusahaan berhasil melantai di pasar modal. Berdasarkan data dari EY Global IPO Trends 2024, BEI menempati peringkat ke-10 di dunia dalam hal jumlah IPO. Total dana yang berhasil dihimpun dari pencatatan saham baru mencapai Rp14,3 triliun. Hingga saat ini, jumlah perusahaan yang tercatat di BEI telah mencapai 943 perusahaan.

“Pada 2024, kami berhasil mencatatkan 680 instrumen, melampaui target awal yang hanya 340,” ujar Nyoman. Pencapaian ini didorong oleh banyaknya instrumen baru yang terdaftar, seperti struktur waran, obligasi, surat utang, dan ETF. Rinciannya, ada 41 saham baru, 143 emisi obligasi dan sukuk, 1 ETF baru, serta 495 waran terstruktur.

Adapun pada 2025, BEI menargetkan pencatatan 407 instrumen baru. Dari jumlah itu, 66 di antaranya adalah target pencatatan saham. Nyoman optimistis target tersebut akan tercapai. Pasalnya, kondisi global yang semakin kondusif mendukung optimisme pasar. “Sekitar 70 negara di dunia telah mengadakan pemilu. Negara-negara tersebut mewakili sekitar 60% dari GDP dunia. Indonesia, yang baru saja menyelesaikan pemilu pada akhir 2024, termasuk salah satunya,” jelasnya.

Dia menambahkan, dengan selesainya pemilu di Indonesia dan pemerintahan baru yang sudah terbentuk, kebijakan-kebijakan yang diterapkan diharapkan bisa berdampak positif bagi pasar modal Indonesia.

Artikel Terkait

Turun 0,15% ke 7.503,750, Ini Saham-Saham Pemberat IHSG

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Bos BUAH Tambah 0,3% Saham Emiten Distributor Buah-Buahan dan Unggas Impor, Tujuannya Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Komisaris PT Segar Kumala Indonesia Tbk...

Divestasi Berlanjut, Pengendali Buang Lagi 0,51% Saham HILL di Harga Bawah

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Penjualan saham Hillcon Tbk (HILL) oleh pemegang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru