STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam pada penutupan perdagangan hari Senin sore (27/1/2025) waktu setempat, setelah investor mencerna data manufaktur dan laba industri China. Sebagian besar indeks regional ditutup menguat, namun pasar saham Jepang justru mengalami tekanan yang berat.
Mengutip CNBC International, indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,07% ke level 39.143,99, sementara indeks Topix justru naik tipis 0,26% ke level 2.758,07. Saham perusahaan chip Jepang terpukul akibat kemajuan startup AI China, DeepSeek, yang mengancam dominasi AS di sektor kecerdasan buatan. Saham Advantest merosot 8,6%, Tokyo Electron turun 4,9%, dan Renesas Electronics melemah 1,24%. Saham SoftBank Group, yang memiliki chip designer Arm, juga anjlok 8,3%.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng berhasil naik 0,17% ke level 20.231,48. Namun, indeks CSI 300 di China daratan turun 0,41% menjadi 3.817,08. Pertumbuhan aktivitas manufaktur China di bulan Januari mengecewakan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) yang tercatat di angka 49,1, lebih rendah dari ekspektasi 50,1. Meski laba industri China naik 11% pada Desember, secara tahunan laba ini terus turun selama tiga tahun berturut-turut.
Pasar saham di Australia, Taiwan, dan Korea Selatan tutup hari ini karena libur nasional. Namun, meski libur, indeks KOSPI Korea Selatan sempat mencatatkan kenaikan 0,85% ke level 2.536,8 sebelum perdagangan ditutup.
Di sisi lain, pemerintah China terus berupaya mendukung pasar modalnya. Otoritas Sekuritas China (CSRC) memperkenalkan inisiatif baru untuk mendorong pertumbuhan produk investasi indeks, termasuk ETF ekuitas dan obligasi. Langkah ini merupakan kelanjutan dari upaya CSRC minggu lalu yang mendorong dana mutual besar dan perusahaan asuransi milik negara untuk membeli lebih banyak saham.