STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN menargetkan total asetnya mencapai Rp500 triliun pada akhir 2025. Optimisme ini didukung oleh pertumbuhan aset yang konsisten, di mana hingga akhir 2024 tercatat sebesar Rp469,61 triliun atau naik 7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp438,75 triliun.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyatakan perseroan telah menyiapkan strategi untuk memperluas bisnis perbankan di luar KPR. Langkah ini dilakukan agar pertumbuhan bisnis lebih berkelanjutan dan solid. Selain itu, optimisme BTN juga didorong oleh program pemerintah dalam penyediaan hunian terjangkau.
“Di tengah dinamika makroekonomi yang terus berkembang, BTN telah menyiapkan berbagai inisiatif strategis untuk going beyond mortgage dengan solusi perbankan yang komprehensif pada tahun 2025 dalam rangka menciptakan pertumbuhan bisnis yang lebih sustainable, sehat, dan solid. Optimisme kami juga didorong oleh komitmen pemerintah untuk menyediakan hunian layak dan terjangkau kepada seluruh rakyat Indonesia melalui Program Tiga Juta Rumah,” ujar Nixon dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/2).
BTN mencatat pertumbuhan kredit yang solid sepanjang 2024. Total kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp357,97 triliun, naik 7,3% dibandingkan 2023 yang sebesar Rp333,69 triliun. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh bisnis KPR, baik subsidi maupun non-subsidi. Hingga akhir 2024, KPR Subsidi BTN mencapai Rp173,84 triliun atau naik 7,5% secara tahunan. Sementara itu, KPR Non Subsidi tumbuh 10,2% menjadi Rp105,95 triliun.
Selain KPR, BTN juga mencatat pertumbuhan di segmen kredit bermargin tinggi seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Agunan Rumah (KAR), dan Kredit Ringan (KRING). Total pembiayaan dari segmen ini mencapai Rp16,4 triliun atau naik 13,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Nixon, pertumbuhan ini didorong oleh kerja sama dengan lembaga keuangan non-bank, peningkatan layanan payroll, serta strategi cross-selling dengan nasabah institusi.
Dari sisi kualitas kredit, BTN terus memperkuat manajemen risiko agar rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap terkendali. Hingga akhir 2024, NPL gross berada di level 3,16% dan ditargetkan turun ke bawah 3% pada 2025.
“Kami menerapkan teknologi untuk menerapkan manajemen risiko yang terintegrasi dan ketat dalam rangka menurunkan NPL ke level yang lebih sustainable,” ujar Nixon.
Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN juga tumbuh positif. Pada 2024, total DPK mencapai Rp381,67 triliun, naik 9,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp349,93 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan dana murah (current account saving account/CASA), yang kontribusinya naik menjadi 54,1% dari total DPK, lebih tinggi dibandingkan 2023 yang sebesar 53,7%.
Nixon menambahkan, pertumbuhan DPK BTN lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang hanya tumbuh 4,48% secara tahunan. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan dalam meningkatkan transaksi dana murah ritel dan institusi menengah melalui digitalisasi layanan perbankan.
Salah satu inisiatif utama BTN adalah transformasi aplikasi mobile banking menjadi Bale by BTN. Sejak diperbarui pada 2023, jumlah pengguna aplikasi ini melonjak hingga 107% menjadi 2,2 juta pengguna pada akhir 2024.
“BTN mencatat pertumbuhan yang pesat di bisnis digitalnya sejak BTN Mobile diperbarui pada 2023. Jumlah pengguna Bale by BTN yang sebelumnya bernama BTN Mobile telah mencapai 2,2 juta pada akhir 2024, meningkat 107% year-on-year dibandingkan tahun 2023. Kami optimistis jumlah user dapat mencapai minimal 3,6 juta hingga 4 juta pada tahun ini,” tutur Nixon.
Di tengah persaingan ketat industri perbankan, BTN tetap mampu menjaga rasio loan to deposit ratio (LDR) di level 93,8%. Selain itu, perseroan juga mencatat laba bersih sebesar Rp3 triliun pada akhir 2024.
Dengan pertumbuhan yang positif di berbagai sektor, BTN yakin total asetnya bisa menembus Rp500 triliun pada akhir 2025.