STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah terhadap sejumlah mata uang utama pada penutupan perdagangan Rabu (4/6/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (5/6/2025) WIB. Penyebabnya adalah data ekonomi AS yang di bawah ekspektasi dan desakan baru dari Presiden Donald Trump agar The Fed menurunkan suku bunga.
Mengutip CNBC International, data yang dirilis ADP menunjukkan penambahan lapangan kerja sektor swasta di AS hanya 37.000 pada Mei. Angka ini jauh lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 110.000. Bahkan, data April juga direvisi turun dari 62.000 menjadi 60.000.
Juan Perez, Direktur Perdagangan di Monex USA di Washington, menilai kondisi ini memberi tekanan besar bagi dolar AS.
“Ini kesenjangan besar antara ekspektasi dan realisasi,” ujar Perez.
“Narasi bahwa pasar tenaga kerja baik-baik saja dan pemulihan pascapandemi berjalan lancar mulai berubah. Ini sangat negatif untuk dolar AS,” lanjutnya.
Sementara itu, data lain dari Institute for Supply Management mencatat sektor jasa AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun. Hal ini menambah kekhawatiran bahwa ekonomi AS bisa mengalami perlambatan pertumbuhan di tengah inflasi tinggi.
Presiden AS Donald Trump kembali menyerukan agar Ketua The Fed Jerome Powell segera memangkas suku bunga. Di media sosialnya, Trump juga menyindir keras Presiden China Xi Jinping. Ia menyebut Xi sebagai sosok yang “keras” dan “sulit diajak berunding”.
Pada hari yang sama, pemerintahan Trump juga menggandakan tarif untuk impor baja dan aluminium. Mereka memberikan batas waktu hingga Rabu bagi negara-negara mitra untuk menyerahkan tawaran terbaik dalam negosiasi perdagangan.
Dampak dari semua ini terasa langsung ke pasar mata uang. Dolar AS turun 0,6% terhadap yen Jepang menjadi 143,165 yen. Euro menguat 0,5% ke posisi US$1,1424, menjelang keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa pada Kamis.
Dolar juga melemah terhadap franc Swiss sebesar 0,5%, menjadi 0,820 franc per dolar AS. Poundsterling Inggris naik 0,3% ke US$1,35585. Inggris tidak terkena dampak kenaikan tarif AS karena memiliki perjanjian dagang khusus.
Sementara itu, dolar Hong Kong bergerak di level 7,8469 per US$, mendekati batas bawahnya di 7,85. Ini adalah posisi terlemah sejak Agustus 2023.
Dolar Kanada juga ikut menguat 0,3% terhadap dolar AS. Bank Sentral Kanada pada Rabu memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 2,75%, sambil mencermati dampak kebijakan dagang AS.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,3% ke level 98,847. Posisi ini tidak jauh dari level terendah sejak akhir April di 97,923.
Pasar kini menanti data tenaga kerja resmi AS yang akan dirilis Jumat mendatang. Data ini sangat penting untuk menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Thierry Wizman, Global FX & Rates Strategist dari Macquarie, menyebut bahwa peluang The Fed akan memberikan sinyal lebih “dovish” pada pertemuan 17 Juni nanti semakin terbuka.
“Sinyal untuk pemangkasan suku bunga di 2025 makin menguat,” ujar Wizman dalam catatan analisnya.