STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Jumat sore (27/6/2025) waktu setempat. Sentimen pasar dibayangi oleh data industri China yang mengecewakan.
Mengutip CNBC International, Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa laba industri turun 9,1% secara tahunan dalam lima bulan pertama 2025. Penurunan ini menjadi yang terdalam sejak Oktober tahun lalu, saat laba industri anjlok 10%.
Data ini menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan keuangan sektor manufaktur, pertambangan, dan utilitas di China, yang merupakan bagian penting dari perekonomian negara tersebut.
Indeks CSI 300 di bursa China daratan turun 0,61% ke 3.921,76. Indeks Shanghai Composite juga melemah 0,70% ke 3.424,23.
Pasar saham Hong Kong ikut terkoreksi. Indeks Hang Seng ditutup turun 0,17% ke 24.284,15.
Kondisi berbeda terjadi di Jepang. Indeks Nikkei 225 naik 1,43% ke 40.150,79 setelah sempat menembus level 40.000 untuk pertama kalinya sejak 7 Januari.
Indeks Topix yang mencakup saham-saham dengan kapitalisasi lebih luas juga menguat 1,28% ke 2.840,54.
Data inflasi di Tokyo turut mendukung pergerakan positif. Indeks harga konsumen inti—yang tidak memasukkan harga makanan segar dan bahan bakar—naik 3,1% pada Juni secara tahunan. Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,6% dan juga di bawah ekspektasi ekonom sebesar 3,3%.
Sementara itu, bursa Korea Selatan justru melemah. Indeks Kospi turun 0,77% ke 3.055,94. Indeks Kosdaq yang berisi saham berkapitalisasi kecil juga turun 0,81% ke 781,56.
Pasar Australia ikut melemah. Indeks S&P/ASX 200 turun 0,43% ke 8.514,20.
India menjadi salah satu pasar yang bergerak positif. Indeks Nifty 50 naik 0,32%, sementara BSE Sensex menguat 0,29% pada pukul 11.15 waktu setempat.
Di tengah pergerakan pasar Asia, investor juga menantikan data penting dari Amerika Serikat. Beberapa data yang dinanti termasuk inflasi, pendapatan pribadi, belanja konsumen, dan indeks sentimen konsumen.