STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Kinerja keuangan emiten BUMN farmasi PT Indofarma Tbk (INAF) tak kunjung membaik hingga sembilan bulan 2025. Perseroan tercatat masih menderita rugi bersih Rp127,09 miliar pada Januari-September 2025, turun 23,66% dari rugi Rp166,48 miliar pada Januari-September 2024. Penurunan sejumlah beban operasi dan beban keuangan ternyata belum mampu membalikan keuangan INAF dari rugi menjadi laba per September 2025.
Seperti dikutip dalam laporan keuangan per 30 September 2025, INAF mencatat penjualan bersih sebesar Rp133,73 miliar pada Januari-September 2025, turun tipis 2,99% dari Rp137,87 miliar pada periode sama tahun 2024.
Manajemen Perseroan mampu menekan turun beban pokok penjualan sebesar 2,91% jadi Rp145,31 miliar, dari Rp140,67 miliar pada Januari-September 2024. Namun, beban pokok Perseroan ini masih lebih tinggi dari penjualan. Akibatnya, INAF menderita rugi kotor Rp11,57 miliar, naik dari Rp11,80 miliar kuartal III 2024.
Di sisi lain, beban penjualan dan beban keuangan masing-masing turun 83,48% jadi Rp6,9 miliar dan 94% ke Rp2,24 miliar pada Januari-September 2025 Hal ini mengakibatkan rugi usaha BATA membengkak 145% jadi Rp148,28 miliar. Akan tetapi, INAF mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp118,49 miliar pada Januari-September 2025, turun 29,10% dari Rp167,15 miliar pada periode sama 2024.
Dari sisi neraca keuangan, INAF memiliki total aset per September 2025 sebesar Rp581,55 miliar, turun 5,9% dari Rp618,15 miliar per Desember 2024. Jumlah liabilitas INAF per September 2025 sebesar Rp1,47 triliun. Perseroan masih mencatat defisiensi modal atau modal negatif Rp890,93 miliar per September 2025. Ini turun dibanding modal negative Rp1,14 triliun per Desember 2024.
Seperti diketahui, INAF merupakan produsen produk farmasi, termasuk generik, peralatan, dan mesin. Bermula pada tahun 1918 sebagai produsen salep dan pembalut kain kasa di Rumah Sakit Pusat Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1931, perusahaan ini mulai memproduksi tablet dan suntikan, dan memindahkan unit produksinya dari rumah sakit.
Pada tahun 1942, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Jepang. Kemudian pada tahun 1950 diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Statusnya berubah menjadi perusahaan publik pada tahun 1981, dan terus berkembang dari tahun ke tahun dengan membangun pabrik, memperluas jangkauan produk, dan mendirikan anak perusahaan. Perusahaan ini melakukan IPO tahun 2001. (konrad)
