STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank BCA Syariah menargetkan bisa menjadi bank devisa pada 2026. Langkah ini akan membuka peluang bagi bank untuk melayani transaksi tidak hanya dalam rupiah, tetapi juga valuta asing.
Direktur Utama BCA Syariah, Yuli Melati Suryaningrum, menjelaskan proses menuju status bank devisa saat ini masih dalam tahap persiapan internal sebelum diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
“Nah, ini adalah journey kita InsyaAllah di 2026. InsyaAllah kita akan menjadi bank devisa di 2026, nanti ke OJK, ke BI gitu ya, kita sedang berproses, dan nanti seiring dengan kita menjadi bank devisa ini, tentu kita akan meningkatkan lagi service-service yang lainnya ya, QRIS-nya,” ujar Yuli dalam acara BCA Syariah Media Workshop: di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/10/2025).
Menurutnya, saat ini BCA Syariah hanya melayani transaksi dalam rupiah. Jika sudah resmi menjadi bank devisa, layanan akan diperluas agar bisa mencakup transaksi valuta asing. “Sekarang kan kita hanya melayani rupiah, ya nanti sebagai bank devisa kita juga bisa melayani rupiah dan valas. Tapi kan bertahap ya, sekarang lagi tahap kita menyiapkan perizinan. Jadi belum masuk perizinan juga,” ungkap Yuli.
Yuli menargetkan proses perizinan bisa selesai pada 2026, meski waktu pastinya tergantung pada tahapan di regulator. “Mudah-mudahan ya 2026, secepatnya lah. Kan tergantung proses perizinannya ya. OJK ya? OJK, BI, dua-duanya,” katanya.
Ia menjelaskan keuntungan menjadi bank devisa adalah peningkatan layanan kepada nasabah. “Oh iya layanannya makin luas kan. Sekarang kan kita bisa melayaninya hanya transaksi rupiah saja. Nanti kita secara bertahap ya, jadi akan ada tahap-tahapnya lah,” jelas Yuli.
Dengan layanan yang lebih lengkap, BCA Syariah berharap pendapatan dari jasa transaksi juga meningkat. “Pendapatan dari layanan, oh iya insya Allah naik. Tentu kalau kita investasi ya harapannya juga ada pendapatan di kemudian hari dong ya,” tutur Yuli.
Yuli menambahkan nasabah BCA Syariah selama ini sudah memiliki kebutuhan transaksi internasional, terutama untuk keperluan di luar negeri. “Nasabah kita sekarang kalau ke luar negeri ya tentu kan ada transaksi-transaksi dalam mata uang asing. Entah narik ATM di sana misalnya gitu ya, atau mau belanja di sana, kemudian tarik dari simpanan dia valuta asing di sini, kan bisa pengembangannya macam-macam,” ujarnya.
Meski begitu, Yuli menegaskan pengembangan layanan devisa akan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan izin yang diterima. “Tapi sekali lagi bertahap ya, jadi tidak semua produk dalam waktu yang bersamaan dikeluarkan tapi bertahap, tapi tentu saja yang pertama kita melalui bisya dulu,” katanya.
Ia belum bisa menyebutkan berapa jumlah mata uang asing yang akan dilayani karena masih menunggu izin resmi. “Nanti dilihat aja, saya gak bisa ngomong selama izinnya belum ada, gak boleh,” tegasnya.
Menurut Yuli, kunci keberhasilan layanan devisa nantinya bukan hanya pada produk, tetapi juga keandalan teknologi dan nilai tambah bagi nasabah. “Sekali lagi itu nanti izinnya gimana, tapi yang pasti kita itu balik lagi teknologinya harus dijaga, reliability-nya, kemudian yang memudahkan nasabah, memberikan value buat nasabah,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak bank syariah lain di Indonesia yang sudah berstatus bank devisa. “Rata-rata sih, banyak ya,” kata Yuli.
Dengan menjadi bank devisa, BCA Syariah berharap dapat memperluas jangkauan layanan, termasuk memfasilitasi transaksi pekerja Indonesia di luar negeri. “Oh, kalau itu kan sebetulnya transfer uang aja ya. Mungkin kalau kemarin-kemarin kalau mau kirim uang, ya begitu nyampe BCA Syariah kan ya harus rupiah, kan gitu ya. Mungkin kita akan berikan beberapa variasi, tapi sekali lagi bertahap,” tutur Yuli.
Ia menutup dengan optimisme rencana tersebut bisa berjalan sesuai target. “Artinya bisa dengan dalam mata uang dia kirim gitu misalnya dari dolar, terima juga dolar gitu ya? Dalam tahapannya insya Allah bisa ya,” ujarnya.
