STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa Saham Eropa ditutup melemah pada sesi perdagangan terakhir bulan September di hari Senin (30/9/2024) waktu setempat.
Mengutip CNBC International, Indeks regional Stoxx 600, yang melacak kinerja saham-saham di seluruh Eropa, turun sekitar 0,75%. Hampir semua sektor mengalami tekanan, terutama saham otomotif yang mencatat penurunan paling tajam.
Saham Stellantis, produsen mobil terkenal seperti Dodge, anjlok hingga 14%. Penurunan ini terjadi setelah Stellantis memangkas panduan keuangan 2024 akibat tekanan persaingan global, terutama dari Tiongkok. Di Prancis, saham Renault juga turun signifikan sebesar 4,7%, sementara di Jerman, saham Porsche dan Volkswagen ikut merosot masing-masing 4,4% dan 2,3%.
Selain sektor otomotif, saham perusahaan properti Rightmove di Inggris juga turun tajam sebesar 8,7%. Kejatuhan saham ini terjadi setelah REA Group, perusahaan milik Rupert Murdoch, membatalkan rencana akuisisi Rightmove. Penawaran akuisisi sebelumnya dianggap tidak menghargai nilai sesungguhnya dari Rightmove.
Pada akhir pekan sebelumnya, Stoxx 600 sempat mencatat rekor tertinggi berkat optimisme stimulus ekonomi dari Tiongkok. Namun, sentimen positif ini tidak bertahan lama dan segera memudar pada awal pekan ini. Investor tampaknya kembali fokus pada dinamika industri yang kurang mendukung.
Sementara itu, inflasi di Jerman turun menjadi 1,8% pada September, lebih rendah dari 2% pada Agustus. Penurunan ini memberi harapan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Sebelumnya, inflasi di Prancis dan Spanyol juga mencatat angka di bawah target ECB, yaitu 2%.
Di Inggris, sektor properti justru menunjukkan kinerja yang positif. Harga rumah naik 3,2% secara tahunan di bulan September, lebih tinggi dari perkiraan 2,7%. Ini merupakan kenaikan tercepat dalam dua tahun terakhir.
Pasar saham di Asia-Pasifik menunjukkan hasil yang kontras. Saham di Tiongkok melonjak lebih dari 8%, sementara indeks Nikkei 225 Jepang justru terjun hampir 5%. Pergerakan ini dipicu oleh rilis data ekonomi kunci, termasuk PMI Tiongkok yang menunjukkan angka 49,8—sedikit lebih baik dari perkiraan 49,5, meski masih berada di zona kontraksi.