STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik konglomerat Prajogo Pangestu baru saja terlempar dari daftar indeks FTSE Global Equity Indonesia. Keputusan ini diambil oleh Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell karena BREN dianggap tidak memenuhi ketentuan jumlah saham beredar atau free float yang dipersyaratkan oleh aturan high shareholder concentration FTSE.
Akibat pengumuman tersebut, saham BREN langsung terkena Auto Rejection Bawah (ARB) pada perdagangan Jumat (20/9/2024). Saat pasar dibuka, saham BREN anjlok drastis hingga 19,95%, menyentuh level Rp 8.825 per saham.
Penurunan harga ini tentu berdampak signifikan terhadap kapitalisasi pasar BREN. Total market cap perusahaan langsung merosot tajam hingga tersisa Rp 1.180 triliun.
Menanggapi hal itu, manajemen BREN memberikan klarifikasi. Menurut Merly, Direktur dan Corporate Secretary BREN, seluruh informasi terkait pemegang saham, termasuk empat pemegang saham utama yang memiliki 97% saham, telah diungkapkan saat IPO tahun 2023. “Dapat kami sampaikan disini bahwa seluruh informasi mengenai pemegang saham (termasuk 4 pemegang saham tersebut) sudah kami sampaikan secara resmi kepada Bursa dan OJK pada proses penerbitan saham perdana (IPO) di tahun 2023,” ungkapnya, dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (23/9/2024).
Berdasarkan data per 19 September 2024 dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pemegang saham utama BREN adalah PT Barito Pacific Tbk yang memiliki 64,666% saham, diikuti oleh Green Era Energy Pte. Ltd. dengan 23,603%. Jupiter Tiger Holdings mengantongi 3,941%, sementara Prime Hill Funds menguasai 3,761%. Persentase kepemilikan ini hanya sedikit berubah dari data saat IPO.
Selain itu, Merly juga menegaskan bahwa pihak BREN tidak memiliki kendali terhadap keputusan FTSE Russell. “FTSE merupakan lembaga independen yang memiliki kriteria, persyaratan dan aturan yang diterapkan sebelum memutuskan masuk/keluarnya suatu saham dalam index FTSE. Dalam hal ini, Perseroan bersifat pasif dan tidak memiliki kewenangan apapun yang dapat mempengaruhi keputusan yang diterbitkan FTSE,” jelasnya.
Terkait dengan jumlah saham yang masuk kategori free float, BREN mencatatkan 15.601.235.234 saham atau 11,66% yang memenuhi persyaratan Bursa. Jumlah ini sedikit berbeda dengan prospektus IPO yang mencatatkan 11,73%. Perseroan terus memantau kepatuhan terhadap aturan free float yang ditetapkan oleh Bursa.
Informasi lebih lanjut juga diberikan mengenai pemegang saham Jupiter Tiger Holdings dan Prime Hill Funds. Menurut data KSEI, Jupiter Tiger Holdings memiliki 3,941% saham atau sebanyak 5.272.149.467 saham. Sementara itu, Prime Hill Funds menguasai 3,761% saham atau sebanyak 5.032.219.367 saham.
Merly menegaskan bahwa semua informasi terkait kepemilikan saham telah dilaporkan dan diungkapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “Tidak terjadi perubahan signifikan terhadap kepemilikan oleh 4 pemegang saham tersebut. Seluruh informasi kepemilikan saham tersebut telah dilaporkan dan diungkapkan sesuai ketentuan yang berlaku,” tandasnya.