STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada akhir perdagangan Rabu (6/8/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (7/8/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi setelah pelaku pasar makin yakin Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih banyak dari perkiraan semula.
Mengutip CNBC International, dolar AS turun 0,56% ke posisi 98,18, level terendah sejak 28 Juli. Penurunan ini memperpanjang pelemahan harian terbesar yang sempat terjadi Jumat lalu sebesar 1,35%.
Melemahnya dolar dipicu oleh data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja pada Juli lebih lemah dari ekspektasi. Revisi data dua bulan sebelumnya juga menunjukkan penurunan sebesar 258.000 pekerjaan.
“Kami melihat adanya pantulan pertama dolar di masa jabatan kedua Trump, dan banyak yang mengira akan berlanjut. Tapi saya rasa data ketenagakerjaan hari Jumat sudah menghentikannya,” ujar Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex, New York.
Ia menambahkan, “Spekulasi baru soal pemangkasan suku bunga, tidak hanya di September tapi juga akhir tahun ini, telah membatasi penguatan dolar.”
Menurut alat pemantau CME Group FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini mencapai 95%. Angka ini naik signifikan dari 48% pada pekan sebelumnya. Pasar kini memperkirakan total pemangkasan suku bunga mencapai 62 basis poin sepanjang tahun ini.
Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan The Fed mungkin perlu menurunkan suku bunga dalam waktu dekat seiring melambatnya ekonomi AS. Namun, masih belum jelas apakah tarif impor akan terus mendorong inflasi.
Dari sisi kebijakan perdagangan, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan tambahan tarif 25% untuk barang asal India. Langkah ini diambil karena India dinilai mengimpor minyak Rusia secara langsung maupun tidak langsung.
Di tengah situasi ini, dolar juga tertekan oleh penurunan permintaan dalam lelang obligasi AS tenor 10 tahun senilai US$42 miliar. Permintaan yang lemah membuat dolar melanjutkan tren pelemahan.
Sementara itu, pelaku pasar juga menanti siapa yang akan dipilih Trump untuk menggantikan Gubernur The Fed Adriana Kugler. Trump mengatakan akan mengumumkan calonnya pekan ini dan telah mengerucutkan nama pengganti Jerome Powell sebagai Ketua The Fed menjadi empat orang.
Menurut Matthew Ryan, Kepala Strategi Pasar di Ebury, “Dari apa yang bisa kami lihat, Warsh adalah yang paling hawkish dari ketiga kandidat, sementara Waller jelas paling dovish karena ia menjadi satu-satunya yang berbeda pendapat dalam pertemuan FOMC terakhir.”
Dolar AS juga melemah terhadap yen Jepang sebesar 0,35% ke level 147,09 yen. Pada Jumat lalu, dolar sempat anjlok 2,24% terhadap yen, menjadi penurunan harian terbesar sejak Januari 2023.
Di Jepang, Taro Kono yang disebut-sebut calon kuat perdana menteri menyarankan agar pemerintah menyeimbangkan anggaran dan mendorong bank sentral menaikkan suku bunga. Namun, Ken Saito, politisi senior partai berkuasa, meminta Bank of Japan berhati-hati menaikkan suku bunga karena ekonomi Jepang masih rentan terhadap dampak tarif dari AS.
Poundsterling menguat 0,47% ke level US$1,3362 menjelang keputusan Bank of England yang diperkirakan akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Kamis.
Sementara terhadap franc Swiss, dolar turun 0,17% menjadi 0,806. Presiden Swiss Karin Keller-Sutter mengatakan telah mengadakan “pertemuan yang sangat baik” dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio guna menghindari tarif 39% terhadap ekspor Swiss ke AS.
Untuk aset kripto, bitcoin naik 1,63% ke posisi US$115.516.