STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS sempat menguat setelah data inflasi Amerika Serikat dirilis lebih tinggi dari perkiraan. Namun, penguatannya tertahan menjelang penutupan perdagangan Rabu (12/2/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (13/2/2025) WIB. Pelaku pasar masih mencerna dampak laporan ini terhadap kebijakan The Fed ke depan.
Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, tercatat stabil di level 107,90. Sebelumnya, dolar sempat menguat lebih tinggi pada Rabu pagi sebelum akhirnya terkoreksi.
Laporan terbaru menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) AS naik 0,5% pada Januari, lebih tinggi dari perkiraan 0,3%. Sementara itu, inflasi inti meningkat 0,4%, juga di atas ekspektasi 0,3%.
Secara tahunan, inflasi utama mencapai 3,0%, melebihi proyeksi 2,9%. Inflasi inti juga naik ke 3,3%, lebih tinggi dari prediksi 3,1%.
Kondisi ini semakin memperkuat kemungkinan The Fed menahan suku bunga lebih lama. Investor kini hanya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 26 basis poin hingga akhir tahun, lebih kecil dari estimasi 37 basis poin sebelum rilis data inflasi.
Di pasar mata uang, euro menguat 0,3% ke US$1,0394. Sementara itu, dolar menguat signifikan terhadap yen Jepang, naik 1,2% ke 154,33 yen.
Pasar kini semakin skeptis terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. Inflasi yang masih tinggi membuat skenario “suku bunga tinggi lebih lama” semakin kuat. Dolar pun tetap bertahan di level tinggi, meski sempat mengalami fluktuasi sepanjang hari.