STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Selasa (13/5/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (14/5/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi setelah data inflasi Amerika Serikat keluar di bawah ekspektasi pasar.
Mengutip CNBC International, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) naik 0,2% pada bulan lalu. Angka ini lebih rendah dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters, yaitu sebesar 0,3%. Sebelumnya, inflasi bahkan sempat turun 0,1% pada Maret.
Meski begitu, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Kenaikan tarif impor diperkirakan akan mendorong harga barang masuk lebih tinggi.
“Kendati angka utama inflasi terlihat lebih baik dari ekspektasi, ada indikasi bahwa tarif sudah mulai mendorong harga lebih tinggi,” kata Brian Jacobsen, Kepala Ekonom Annex Wealth Management di Menomonee Falls, Wisconsin.
“Menurunkan tensi tarif adalah langkah positif karena dampaknya bisa segera terasa di harga-harga kebutuhan konsumen,” ujarnya. “Reset hubungan dagang dengan China bisa membuka jalan bagi The Fed untuk kembali ke kebijakan normal dan melanjutkan pemangkasan suku bunga secara bertahap akhir tahun ini.”
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,80% menjadi 100,97. Euro naik tipis 0,02% ke level US$1,1186.
Pada hari sebelumnya, dolar AS sempat menguat lebih dari 1%. Optimisme terkait kesepakatan tarif antara AS dan China membuat pelaku pasar berharap ketegangan dagang bisa mereda, sehingga risiko resesi global pun menurun.
Meski sempat menguat, posisi dolar saat ini masih sekitar 3% lebih rendah dibandingkan level pada 2 April. Saat itu, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif, yang membuat investor asing mengurangi kepemilikan mereka atas saham dan obligasi AS.
Terhadap yen Jepang, dolar stabil di level 147,47. Sebelumnya, dolar sempat melesat lebih dari 2% karena meredanya ketegangan dagang mengurangi minat pada aset safe haven.
Dolar juga turun tipis 0,04% terhadap franc Swiss ke level 0,8394, setelah sempat naik 1,6% pada Senin. Sementara itu, terhadap yuan China versi offshore, dolar tercatat flat di posisi 7,1953, usai sempat menyentuh titik terendah dalam enam bulan di 7,1779.
Meredanya ketegangan dagang antara AS dan China membuat pelaku pasar menurunkan ekspektasi akan terjadinya resesi. Mereka juga mulai mengatur ulang proyeksi waktu dan besaran pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Beberapa perusahaan sekuritas besar seperti Goldman Sachs, J.P. Morgan, dan Barclays baru-baru ini memangkas prediksi resesi AS dan memperbarui perkiraan pelonggaran kebijakan moneter.
Pemangkasan suku bunga minimal 25 basis poin kini diperkirakan akan terjadi pada rapat The Fed bulan September. Sebelumnya, pasar memperkirakan pemangkasan bisa terjadi lebih cepat, yakni pada Juli. Menurut data LSEG, sekitar 51 basis poin pemangkasan suku bunga kini telah diperhitungkan untuk tahun 2025.
Poundsterling Inggris juga ikut menguat tipis 0,02% ke level US$1,3306.