Kamis, Agustus 7, 2025
34.5 C
Jakarta

Dolar AS Menguat Lagi! Redanya Ketegangan Dagang Jadi Pendorong

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada penutupan perdagangan Selasa (29/4/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (30/4/2025) WIB. Penguatan ini didorong oleh rencana pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan meringankan beban tarif otomotif untuk produsen mobil lokal.

Mengutip CNBC International, kebijakan tersebut akan dilakukan lewat perintah eksekutif yang mengombinasikan keringanan tarif dan insentif pajak untuk suku cadang dan bahan baku mobil.

Selain itu, penguatan dolar juga dipengaruhi oleh aksi beli menjelang akhir bulan. Investor terlihat menyeimbangkan kembali portofolio mereka setelah pasar saham dan obligasi AS sempat dihantam penjualan besar-besaran sepanjang April.

Dolar juga mendapat dorongan dari pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent. Ia mengatakan bahwa pemerintah tengah membuat kemajuan besar dalam negosiasi tarif dengan sejumlah mitra dagang.

“Kesepakatan akan segera tercapai dengan India dan Korea Selatan,” ujar Bessent. Ia juga menambahkan bahwa dalam beberapa minggu ke depan, ia akan berbicara dengan setidaknya 17 mitra dagang lainnya.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyebutkan bahwa satu kesepakatan dagang telah dicapai dan saat ini tinggal menunggu persetujuan dari negara mitra sebelum diumumkan secara resmi.

Pada perdagangan sore waktu setempat, dolar naik 0,2% terhadap yen Jepang ke posisi 142,22. Ini menjadi penguatan keempat dalam enam sesi terakhir. Namun secara bulanan, dolar melemah lebih dari 5% terhadap yen, menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Juli 2024.

“Penguatan dolar ini sebagian karena adanya keringanan tarif, seperti tarif suku cadang mobil yang diturunkan,” kata Vassili Serebriakov, Ahli Strategi Valas di UBS New York. “Tapi saya tidak akan terlalu membaca terlalu dalam. Kita juga berada di akhir bulan, mungkin ada pembelian dolar untuk rebalancing.”

Dolar juga menguat terhadap euro. Mata uang tunggal Eropa itu turun 0,2% menjadi US$1,1395. Namun sepanjang April, euro masih mencatat kenaikan tajam sebesar 5,3%, menjadi penguatan bulanan terbesar sejak November 2022.

Meski ada sentimen positif, kekhawatiran soal perang dagang AS-Tiongkok masih membayangi pasar. Investor masih menanti tanda-tanda kemajuan dalam penyelesaian konflik tersebut.

Bessent mengatakan bahwa dalam jangka panjang, pemerintah Tiongkok akan menyadari bahwa tarif balasan mereka tidak bisa dipertahankan. Ia memperkirakan Tiongkok bisa kehilangan 10 juta pekerjaan dengan cepat akibat tarif itu.

Sebagai sinyal meredanya sikap keras Tiongkok, pemerintah negara tersebut telah membebaskan tarif sebesar 125% untuk impor etana dari AS. Kebijakan ini termasuk dalam serangkaian produk yang diberikan pengecualian tarif.

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa sejumlah produk farmasi, dirgantara, dan semikonduktor juga telah memperoleh pengecualian tarif dari Tiongkok.

Terhadap franc Swiss, dolar AS naik 0,6% ke level 0,8239. Namun untuk keseluruhan bulan April, dolar tercatat melemah hampir 7% terhadap franc. Ini merupakan penurunan bulanan terbesar sejak Januari 2015.

Artikel Terkait

Dolar AS Melemah, Pasar Yakin The Fed Bakal Potong Suku Bunga Lagi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Laba SBMA Melejit 26,84%, Pendapatan Juga Naik di Semester I-2025!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk...

Ini Cara Aktivasi Rekening Dormant BNI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru