STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar AS menguat tajam pada penutupan perdagangan Kamis (26/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (27/12/2024) WIB. Greenback mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir terhadap yen Jepang.
Mengutip CNBC International, kenaikan ini dipicu oleh harapan bahwa kebijakan ekonomi pemerintahan Donald Trump dapat mendorong pertumbuhan dan inflasi di AS pada tahun depan.
Masyarakat dan investor berharap kebijakan baru ini bisa mempercepat ekonomi di AS. Selain itu, volume perdagangan yang rendah, karena banyak pedagang masih libur Natal dan Tahun Baru, juga berpengaruh pada pergerakan mata uang.
Pemerintahan Trump diperkirakan akan melonggarkan regulasi bisnis dan memangkas pajak, yang diyakini akan mempercepat ekonomi AS. Namun, para analis memperingatkan dampak jangka panjang dari kebijakan pengetatan imigrasi ilegal dan tarif baru terhadap mitra dagang AS.
Dolar AS pun menguat pesat terhadap banyak mata uang utama. Meskipun begitu, ada ketidakpastian mengenai kebijakan mana yang akan diterapkan dan dampaknya terhadap ekonomi global.
Selain itu, keraguan muncul mengenai seberapa banyak Federal Reserve (Fed) dapat menurunkan suku bunga pada tahun depan. “Penurunan suku bunga lebih lanjut dari Fed bergantung pada pengendalian inflasi yang masih tinggi,” ujar Ketua Fed, Jerome Powell.
Pada minggu lalu, Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuai ekspektasi pasar. Namun, mereka memperkirakan hanya akan ada penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2025, jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan sebelumnya.
Data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran di AS turun ke level terendah dalam sebulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pelambatan, pasar tenaga kerja AS masih dalam kondisi yang cukup sehat.
Sektor ritel AS juga menunjukkan tanda positif. Penjualan ritel naik 3,8% antara 1 November dan 24 Desember, didorong oleh promosi besar-besaran dan meningkatnya belanja konsumen di musim liburan.
Indeks Dolar AS naik 0,02% menjadi 108,13, meski masih sedikit di bawah puncak dua tahun terakhir yang tercatat pada 108,54 pada Jumat lalu.
Euro menguat tipis sebesar 0,13% menjadi US$1,0418 setelah sebelumnya jatuh ke level terendah sejak 22 November. Namun, yang paling menarik adalah pergerakan dolar AS terhadap yen Jepang.
Dolar AS menguat 0,35% terhadap yen, mencapai 157,93 yen. Bahkan, sempat menyentuh level tertinggi 158,09 yen, yang terakhir kali tercatat pada 17 Juli 2024.
Yen Jepang masih tertekan oleh selisih suku bunga yang besar antara AS dan Jepang. Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, menyatakan pada Rabu bahwa ekonomi Jepang diperkirakan akan semakin mendekati target inflasi 2% pada tahun depan. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga di Jepang mungkin semakin dekat.