STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS mengalami tekanan hebat pada akhir perdagangan Kamis (20/2/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (21/2/2025) WIB. Mata uang ini melemah terhadap mayoritas mata uang utama setelah investor mulai berhati-hati terhadap rencana tarif terbaru dari Presiden Donald Trump.
Mengutip CNBC International, yen Jepang justru melonjak ke level tertinggi dalam 11 minggu. Pelaku pasar semakin yakin Bank of Japan (BOJ) akan kembali menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Investor juga mencermati data ekonomi AS. Klaim pengangguran awal naik 5.000 menjadi 219.000 untuk pekan yang berakhir pada 15 Februari, sesuai perkiraan ekonom. Namun, data ini tidak banyak menggerakkan pasar.
Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif baru dalam satu bulan ke depan atau lebih cepat. Kali ini, produk kayu dan hasil hutan ikut masuk daftar, bersama dengan mobil, semikonduktor, dan farmasi yang sudah lebih dulu diumumkan.
Meski demikian, pasar mulai bosan dengan drama tarif ini. “Pasar sudah mengalami ‘kelelahan tarif’. Responnya tidak lagi sekuat setelah pemilu November lalu,” kata Paresh Upadhyaya, Direktur Strategi Mata Uang di Amundi AS.
Euro memanfaatkan momentum ini dan naik 0,7% ke US$1,0499 setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut. Sementara itu, dolar AS melemah 0,7% terhadap franc Swiss ke level 0,8979 franc.
Tekanan terhadap dolar juga muncul dari laporan manufaktur di wilayah Mid-Atlantic AS. Indeks manufaktur Philadelphia Fed anjlok 26,2 poin menjadi 18,1 di Februari, yang merupakan penurunan terdalam dalam hampir lima tahun.
Yen Jepang menjadi pemenang besar kali ini. Mata uang ini sempat mencapai 149,40 per dolar AS sebelum stabil di 149,77, menguat 1,1%. Pelaku pasar mulai mencari aset safe haven di tengah ketidakpastian kebijakan Trump dan ekspektasi kenaikan suku bunga BOJ.
BOJ tampaknya siap melanjutkan kebijakan normalisasi suku bunga. Gubernur BOJ Kazuo Ueda bertemu dengan Perdana Menteri Shigeru Ishiba untuk membahas ekonomi dan pasar keuangan.
Analis optimistis yen masih punya ruang untuk menguat lebih jauh. “Kami sudah lama bullish terhadap yen dan masih bertahan. Seharusnya nilai tukarnya lebih dekat ke 120 atau 130 yen per dolar AS,” tulis David Rosenberg, Presiden Rosenberg Research.
Selain itu, pasar juga mencermati ketegangan geopolitik. Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai “diktator,” tetapi Zelenskiy mencoba meredakan situasi dengan menyatakan kesiapan untuk mencapai kesepakatan investasi dan keamanan dengan AS.
Komentar ini memberi dorongan bagi euro yang sangat sensitif terhadap berita Rusia-Ukraina. Mata uang ini sempat menyentuh level tertinggi sesi terhadap dolar AS setelah pernyataan Zelenskiy.
Di sisi lain, dolar Australia dan Selandia Baru menguat setelah Trump membuka peluang kesepakatan dagang baru dengan China. Aussie naik 0,9% ke US$0,6401, sementara kiwi melonjak 1% ke US$0,5764.
Poundsterling juga menguat terhadap dolar AS, naik 0,6% ke US$1,2664. Tekanan terhadap dolar AS semakin besar, sementara investor menanti perkembangan lebih lanjut dari kebijakan tarif Trump dan langkah The Fed dalam beberapa bulan ke depan.