Rabu, Agustus 6, 2025
30.3 C
Jakarta

Dolar Masih Menguat Terhadap Yen Menjelang Pelantikan Trump

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS masih menguat terhadap yen pada penutupan perdagangan Jumat (17/1/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (18/1/2025) WIB. Namun, dolar akhirnya menutup pekan dengan penurunan setelah enam minggu berturut-turut menguat. Para investor kini menunggu pelantikan Donald Trump sebagai Presiden dan penjelasan mengenai kebijakan pemerintahan yang akan datang.

Mengutip CNBC International, yen menguat lebih dari 1% terhadap dolar minggu ini, berbalik dari penurunan minggu lalu. Yen bahkan sempat mencapai level tertinggi dalam sebulan di angka 154,98 per dolar pada Jumat pagi. Pada akhir perdagangan, dolar AS tercatat menguat 0,68% menjadi 156,165 yen. Namun, Brad Bechtel, kepala global FX di Jefferies, mengatakan bahwa pergerakan ini tidak akan signifikan mengingat selisih suku bunga yang masih sangat lebar antara Jepang dan AS. “Yen akan tetap terikat dengan suku bunga AS,” kata Bechtel.

Penurunan minggu ini dianggap sedikit meringankan tekanan pada pasangan dolar-yen. “Bank of Japan (BOJ) tampaknya siap untuk menaikkan suku bunga minggu depan, yang akan mendukung yen. Namun, dengan selisih suku bunga yang masih lebar, sulit bagi pasangan dolar-yen untuk bergerak turun secara signifikan,” tambah Bechtel.

Harapan akan kenaikan suku bunga BOJ semakin kuat setelah komentar dari pejabat bank sentral Jepang dan data ekonomi yang menunjukkan adanya tekanan harga yang terus-menerus serta pertumbuhan upah yang kuat. Pelaku pasar kini memperkirakan peluang 80% BOJ akan menaikkan suku bunga minggu depan, kecuali ada kejutan pasar setelah pelantikan Trump.

Dolar AS mengalami lonjakan dalam beberapa minggu terakhir, didorong oleh naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Hal ini mencerminkan ekspektasi bahwa kebijakan Trump yang diperkirakan dapat mendorong inflasi di tengah ekonomi AS yang sudah kuat. Namun, pasar obligasi sedikit mendapat kelegaan setelah data inflasi inti AS yang lebih rendah dari perkiraan pada Rabu lalu. Komentar dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, yang mengatakan bahwa kemungkinan ada tiga atau empat pemotongan suku bunga tahun ini jika data mendukung, turut menambah spekulasi pasar akan pemotongan suku bunga lebih lanjut.

Hal ini mendorong pasar untuk meningkatkan taruhan mereka pada pemotongan suku bunga oleh Fed tahun ini, yang memberi tekanan pada dolar menjelang kembalinya Trump ke Gedung Putih. Saat ini, pasar uang memproyeksikan pemotongan suku bunga sekitar 40 basis poin di 2025. Uto Shinohara, strategi investasi senior di Mesirow Currency Management, mengatakan bahwa ekspektasi pemotongan suku bunga meningkat dari 25 menjadi 40 basis poin setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. “Pola ini menunjukkan bahwa pasar masih sangat sensitif terhadap data inflasi dan pasar tenaga kerja,” kata Shinohara.

Para investor kini menantikan pidato pelantikan Trump pada Senin untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai langkah kebijakan yang akan diambilnya, dengan ekspektasi volatilitas tinggi.

Poundsterling turun 0,6% menjadi US$1,2166, mendekati level terendah dalam 14 bulan yang tercatat pada Senin lalu. Penjualan ritel Inggris yang anjlok pada Desember semakin meningkatkan risiko kontraksi ekonomi di kuartal keempat. Euro juga turun 0,26% menjadi US$1,0276.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, tercatat naik 0,34% menjadi 109,33, meskipun turun sekitar 0,25% selama pekan ini, mengakhiri enam pekan berturut-turut dengan kenaikan.

Yuan China tercatat di angka 7,3249 per dolar setelah data menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh 5,4% pada kuartal keempat, jauh melampaui ekspektasi para analis. Angka ini membuat target pertumbuhan penuh tahun 2024 sebesar 5% tercapai. Namun, mata uang China tetap rentan terhadap risiko tarif yang dapat muncul di bawah pemerintahan Trump. Presiden Xi Jinping dan Trump dilaporkan mengadakan percakapan telepon pada Jumat, yang semakin memunculkan kekhawatiran mengenai kebijakan tarif.

“Dolar AS kini sepenuhnya terfokus pada potensi pengumuman tarif seiring memasuki hari pertama pemerintahan Trump,” ujar Dan Tobon, kepala strategi FX G10 di Citi. “Meskipun tarif sudah sedikit tercermin di pasar FX, potensi pergerakan dolar yang signifikan, baik naik maupun turun, tetap ada minggu depan. Para pelaku pasar masih cemas menunggu rincian kebijakan tarif Trump.”

Sementara itu, Bitcoin yang sempat mencapai level tertinggi dalam empat minggu terakhir pada Jumat, tercatat naik 5,26% menjadi US$105.404,13. Harapan dalam industri kripto bahwa pemerintahan Trump akan membawa perubahan kebijakan terhadap cryptocurrency turut mendorong lonjakan ini.

 

Artikel Terkait

BNI Pastikan Aktivasi Rekening Dormant Gratis, Ini Caranya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk...

Dolar AS Menguat, Pasar Tunggu Pengganti Gubernur The Fed Pilihan Trump

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

74% Emiten Cuan di Semester I 2025, Laba Naik 21%! Sektor Energi Malah Tekor!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja emiten di pasar modal Indonesia...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru