Sabtu, September 27, 2025
27.1 C
Jakarta

Dolar Terjun Bebas Jelang Libur Panjang, Ternyata Ini Penyebabnya!

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS jatuh tajam pada penutupan perdagangan hari Rabu (27/11/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (28/11/2024) WIB, di tengah perdagangan yang cenderung sepi menjelang libur panjang Thanksgiving. Meski data ekonomi AS menunjukkan ketahanan ekonomi, pasar tetap khawatir dengan risiko kebijakan tarif besar yang bisa diberlakukan oleh Presiden terpilih, Donald Trump.

Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya, turun 0,74% dan berada di level 106,06. Ini menjadi posisi terendah sejak 13 November lalu, dan dolar pun anjlok 1,9% dari level tertingginya yang tercatat pada Jumat pekan lalu.

Pelemahan dolar juga terjadi pada pasangan dolar/yen yang turun 1,43% menjadi 150,91. Sementara itu, euro menguat 0,74% menjadi US$1,0564, level tertinggi dalam seminggu terakhir.

Data revisi menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,8% pada kuartal ketiga, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, angka ini tidak cukup kuat untuk meningkatkan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember. Meski demikian, peluang suku bunga turun 25 basis poin bulan depan naik menjadi 67%.

Data inflasi juga menjadi sorotan. Pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), indikator inflasi favorit The Fed, naik 0,2% pada Oktober. Secara tahunan, PCE meningkat 2,3%, lebih tinggi dibandingkan 2,1% bulan sebelumnya. Namun, data lain menunjukkan ekonomi AS tetap solid, dengan pesanan barang tahan lama yang hanya naik 0,2% dan klaim pengangguran yang turun tipis.

Amo Sahota, Direktur Eksekutif Klarity FX, menjelaskan bahwa pelemahan dolar dipengaruhi oleh aksi ambil untung setelah reli besar dolar. “Meskipun melemah, dolar tetap tangguh,” ujar Sahota.

Di sisi lain, ancaman tarif besar dari Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China menambah ketegangan pasar. Ini menekan mata uang negara-negara tersebut dan memicu kekhawatiran investor.

Sementara itu, mata uang lain seperti yen Jepang, sterling Inggris, dan dolar Australia juga menguat. Yen Jepang mendapat keuntungan dari ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan pada Desember. Sterling Inggris menguat 0,81% menjadi US$1,267, sementara dolar Australia naik 0,34% menjadi US$0,6494. Dolar Selandia Baru bahkan melonjak 1,06% menjadi US$0,5896.

Meski ketegangan global masih mempengaruhi pasar, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah memberi sedikit kelegaan. Namun, ketegangan perang di Timur Tengah dan Ukraina tetap mendukung dolar sebagai aset safe haven.

Penguatan mata uang lain dan aksi jual teknikal dolar yang terjadi di bawah level rata-rata pergerakan 200 hari semakin memperburuk kondisi dolar. Meskipun pasar terus mengawasi kebijakan tarif Trump, banyak analis percaya risiko inflasi dari kebijakan tersebut bisa membatasi langkah ekstrem yang diambil Trump.

Artikel Terkait

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

Pendapatan dan Laba Merdeka Battery (MBMA) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials...

Sepanjang 2025: Inflow SBN Rp42,6 Triliun, Outflow Saham Rp58,7 Triliun, SRBI Rp119,6 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Di tengah gejolak pasar keuangan global,...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru