STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Proses merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) terus bergulir dengan berbagai perkembangan terbaru. Sejumlah aspek krusial, mulai dari keberatan vendor, persetujuan kreditur, kesiapan dana buyback, hingga izin dari pemerintah, masih menjadi perhatian utama.
Menurut Corporate Secretary XL Axiata, Ranty Astari Rachman, terkait keberatan dari salah satu vendor, masalah ini telah diselesaikan. Vendor tersebut sudah mengirimkan surat tidak ada keberatan kepada perseroan pada 18 Februari 2025. “Perseroan telah menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh vendor dimaksud sebagaimana tertera pada Surat Tidak Ada Keberatan yang dikirimkan oleh vendor tertanggal 18 Februari 2025,” ujarnya, dalam keterbukaan informasi dikutip Rabu (5/3/2025).
Dari sisi perbankan, seluruh kreditur telah memberikan persetujuan untuk mengesampingkan negative covenants terkait rencana merger ini. Namun, ada dua kreditur yang masih memberikan persetujuan bersyarat.
“Seluruh persetujuan kreditur SF dan ST sudah didapatkan. Adapun untuk Perseroan, seluruh persetujuan kreditur juga sudah didapatkan, dengan catatan terdapat 2 kreditur yang masih memberikan persetujuan yang bersifat kondisional,” jelasnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam merger ini adalah kesiapan dana untuk buyback saham bagi pemegang saham EXCL dan FREN yang tidak menyetujui merger. Saat ini, XL Axiata masih dalam proses memenuhi persyaratan kecukupan dana untuk membeli kembali saham dari pemegang saham yang menolak merger. Perseroan akan segera menyampaikan surat pernyataan terkait kecukupan dana tersebut
Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., sebagai pemegang saham mayoritas EXCL, juga telah menyiapkan pendanaan untuk transaksi ini. Berdasarkan surat dari CIMB Bank Berhad tertanggal 3 Maret 2025, Axiata Group Berhad memiliki fasilitas kredit bergulir hingga RM500 juta, yang bisa digunakan untuk mendukung transaksi buyback kapan saja. Selain itu, CIMB Islamic Bank Berhad juga siap mempertimbangkan tambahan kredit hingga RM500 juta.
Sementara itu, PT Bali Media Telekomunikasi (BMT), yang mewakili pemegang saham Smartfren dari Grup Sinar Mas lainnya, seperti PT Wahana Inti Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND), dan PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera (GTS), juga telah memastikan kesiapan dana untuk pembelian kembali saham. Dana tersebut berasal dari pinjaman PT Dian Swastatika Sentosa Tbk.
“BMT memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan pembelian saham yang dibeli kembali pada XL, SF, dan ST berupa dana pinjaman dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. atau anak perusahaannya,” ungkapnya.
Dari sisi regulasi, persetujuan dari Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) terkait perubahan pemegang saham akibat merger serta pengalihan Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) dari Smart Telecom ke XL Axiata masih dalam proses.
Di sisi lain, Axiata Investments berencana mengalihkan 13,14% kepemilikannya kepada BMT dengan harga US$475 juta. Harga transaksi per saham disepakati Rp3.189, dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS. Transaksi ini dilakukan melalui pasar negosiasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mempertimbangkan nilai tambah yang dihasilkan dari merger.
Mengenai kemungkinan adanya informasi material lain yang bisa mempengaruhi bisnis dan harga saham XL Axiata, perseroan memastikan tidak ada hal baru selain yang sudah diungkapkan dalam Rancangan Penggabungan Usaha.