STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia melesat pada penutupan perdagangan Rabu (5/3/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (6/3/2025) WIB. Penyebabnya adalah melemahnya dolar AS. Para investor menanti rilis data ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan keluar akhir pekan ini untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Mengutip CNBC International, kontrak emas berjangka AS naik 0,2% ke level US$2.927,50 per ounce. Sementara itu, harga emas spot juga menguat 0,1% menjadi US$2.919,53 per ounce.
Indeks dolar AS melemah 1,2%, mencapai level terendah sejak November. Pelemahan ini membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
“Ada minat beli yang masih kuat di pasar saat ini… Meskipun ada sedikit kehati-hatian menjelang rilis data tenaga kerja pada Jumat, tren utama tetap positif,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Analis Senior Logam di Zaner Metals.
Menurutnya, kenaikan harga emas saat ini sebagian besar dipicu oleh pelemahan dolar.
Di sisi lain, kekhawatiran terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump ikut mendorong harga emas sebagai aset safe haven. Sejak awal tahun, emas sudah mencetak 11 rekor tertinggi, dengan puncaknya di US$2.956,15 pada 24 Februari. Secara keseluruhan, harga emas telah naik 11% sepanjang tahun ini.
Dalam pidatonya di hadapan Kongres pada Selasa malam, Trump mengonfirmasi rencana tarif lanjutan pada 2 April. Ia menyebut akan ada “tarif resiprokal” dan kebijakan non-tarif untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Langkah ini mengikuti tarif 25% yang baru saja diberlakukan terhadap sebagian besar impor dari Meksiko dan Kanada, serta peningkatan bea masuk atas barang-barang China menjadi 20%.
Sementara itu, laporan ADP National Employment Report menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja sektor swasta AS melambat pada Februari.
Analis memperkirakan laporan nonfarm payrolls AS yang akan dirilis Jumat nanti menunjukkan tambahan 160.000 lapangan pekerjaan di bulan Februari.
“Jika angka tenaga kerja sangat buruk, emas bisa mengalami koreksi. Jika hasilnya netral, tidak akan banyak pergerakan. Tapi jika datanya lebih kuat dari perkiraan, emas bisa melesat cepat menuju US$3.000, bahkan lebih,” kata Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures.