Kamis, Maret 20, 2025
27.8 C
Jakarta

Harga Minyak Terjun Bebas Tiga Hari Beruntun! WTI Turun 3%, Brent Terperosok 2,53%

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada penutupan perdagangan Rabu (5/3/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (6/3/2025) WIB. Harga komoditas ini mencatat penurunan tiga hari berturut-turut. Sentimen negatif datang dari keputusan OPEC+ yang tetap menaikkan produksi mulai April serta ketegangan dagang akibat tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent, turun US$1,80 atau 2,53% menjadi US$69,24 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$2,05 atau 3% mencapai US$66,21 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Sebelumnya, harga sempat menyentuh level terendah dalam beberapa tahun. Brent jatuh ke US$68,33, level terendah sejak Desember 2021. WTI bahkan turun hingga US$65,22, yang merupakan level terendah sejak Mei 2023.

Pasar mulai sedikit pulih setelah Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan bahwa Trump masih mempertimbangkan kelonggaran tarif bagi beberapa industri. Namun, ia menegaskan tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko tetap diberlakukan, meski ada kemungkinan penghapusan tarif 10% untuk impor energi Kanada.

Persediaan minyak mentah AS juga naik lebih tinggi dari perkiraan, menambah tekanan bagi harga minyak. Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah meningkat 3,6 juta barel menjadi 433,8 juta barel dalam sepekan. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hanya 341.000 barel.

“Ketegangan dagang yang dipicu tarif AS terhadap China, Kanada, dan Meksiko memicu kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap permintaan energi,” kata analis Ashley Kelty dari Panmure Liberum.

Di sisi lain, keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi juga memperburuk tekanan pada harga minyak. Grup ini akan menambah 138.000 barel per hari (bpd) mulai April sebagai langkah awal dalam rencana peningkatan produksi secara bertahap setelah memangkas hampir 6 juta bpd sejak 2022.

“Ada kekhawatiran bahwa keputusan OPEC+ ini akan menjadi awal dari serangkaian peningkatan pasokan bulanan, tetapi pernyataan mereka menegaskan bahwa penambahan produksi hanya akan dilakukan jika pasar dapat menyerapnya,” ujar analis Giovanni Staunovo dari UBS.

Sementara itu, analis Morgan Stanley Research memperkirakan OPEC+ mungkin hanya akan melakukan beberapa kenaikan produksi sebelum kembali menahan pasokan.

Dari sisi geopolitik, pemerintahan Trump juga memutuskan untuk mengakhiri lisensi bagi Chevron yang memungkinkan perusahaan itu beroperasi di Venezuela. Keputusan ini berpotensi memangkas 200.000 bpd pasokan minyak dunia, menurut catatan strategi komoditas ING.

Di tengah semua tekanan ini, permintaan global bulan lalu tercatat 103,6 juta bpd, naik 1,6 juta bpd dibanding tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih di bawah proyeksi JP Morgan, yang memperkirakan kenaikan 1,8 juta bpd.

Artikel Terkait

Emas Cetak Rekor Baru! Ketegangan di Gaza dan Tarif Trump Jadi Pemicu!

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru...

Harga Minyak Turun, Pasar Menanti Hasil Pembicaraan Trump dan Putin

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak melemah sekitar 1% pada...

Harga Emas Stabil di Sekitar US$3.000, Pasar Menanti Keputusan The Fed

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia bertahan stabil pada penutupan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini