STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mengalami penurunan pada penutupan perdagangan hari Senin (28/10/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (29/10/2024) WIB. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar, yang membuat logam mulia ini kurang menarik bagi para investor.
Mengutip CNBC International, emas spot tercatat turun 0,2% menjadi US$2.742,49 per ons. Sebelumnya, harga emas mencapai rekor tertinggi di US$2.758,37 pada Rabu lalu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS tetap stabil di level US$2.755,00.
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS kini berada di titik tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Ini berdampak pada daya tarik emas, khususnya bagi pembeli luar negeri. Indeks dolar juga menunjukkan performa terbaiknya sejak April 2022.
Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, optimis dengan target harga emas mencapai US$2.800. Ia menjelaskan, “Mendekati pemilu AS pada 5 November, ketidakpastian politik dapat memengaruhi aktivitas jual beli di pasar.” Hal ini menunjukkan bahwa pasar emas sangat dipengaruhi oleh faktor politik.
Investor juga menantikan serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini. Di antaranya adalah laporan lapangan kerja ADP pada Rabu, Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi pada Kamis, dan laporan payroll pada Jumat. Data ini akan menjadi indikator penting bagi pergerakan harga emas selanjutnya.
Rhona O’Connell, analis di StoneX, menyatakan bahwa saat ini emas masih dalam mode beli ketika harganya turun. “Meski beberapa investor berharap harga turun lebih dari US$200, itu tampaknya tidak akan terjadi. Justru, banyak investor lain mulai masuk ke pasar saat harga terkoreksi,” ujarnya.
Di sisi lain, harga perak spot turun 0,1% menjadi US$33,68 per ons. Berbeda dengan perak, harga platinum naik 1% menjadi US$1.032,47, dan paladium meningkat 1,6% menjadi US$1.212,31. Kenaikan harga paladium ini didorong oleh kekhawatiran akan sanksi terhadap Rusia, yang merupakan produsen utama logam tersebut.