STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia jatuh tajam sekitar 7% pada penutupan perdagangan Senin (23/6/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (24/6/2025) WIB. Penurunan ini terjadi setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, sehingga pelaku pasar melihat peluang meredanya konflik di Timur Tengah.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent melemah US$5,53 atau 7,18% ke level US$71,48 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$5,33 atau 7,22% dan ditutup di US$68,51 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Ini merupakan level terendah sejak Israel mulai membombardir wilayah Iran pada 13 Juni lalu.
Iran mengklaim bahwa serangan tersebut adalah balasan atas serangan AS ke fasilitas nuklir penting di Fordo, Isfahan, dan Natanz akhir pekan lalu. Serangan itu menargetkan Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar.
Namun, menurut pernyataan resmi dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, rudal-rudal Iran berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara dan tidak menimbulkan korban jiwa.
Sebelumnya, harga minyak sempat melonjak pada Minggu malam saat AS terlibat langsung dalam operasi militer bersama Israel. Brent sempat menembus US$81 per barel, sementara WTI menyentuh level tertinggi sejak Januari.
Namun keesokan harinya, harga langsung berbalik arah. Investor menilai eskalasi konflik justru bisa mereda setelah serangan udara AS.
“Pasar minyak menunjukkan bahwa investor percaya konflik ini akan mereda setelah Presiden Donald Trump mengambil tindakan militer akhir pekan lalu,” ujar Menteri Energi AS, Chris Wright, kepada CNBC.
Hal serupa juga disampaikan oleh Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets.
“Bisa dibilang, ini strategi damai lewat kekuatan,” kata Croft. “Kalau tidak ada lagi serangan dari Iran, Presiden Trump akan menganggap ini sebagai kemenangan besar.”
Trump juga menyampaikan apresiasinya kepada Iran lewat media sosial karena telah memberikan pemberitahuan dini soal serangan. “Hal itu membuat tidak ada nyawa yang hilang,” tulis Trump.
Ia juga menyerukan kepada Republik Islam Iran untuk memilih jalan damai dan berjanji akan mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama.
Sementara itu, kekhawatiran pasar sempat meningkat terkait kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz, jalur utama ekspor minyak dunia. Sekitar 20 juta barel minyak per hari, atau 20% dari konsumsi global, melewati selat tersebut.
Media pemerintah Iran melaporkan bahwa parlemen setempat mendukung penutupan Selat Hormuz. Namun keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, memperingatkan bahwa langkah itu bisa menjadi “bunuh diri ekonomi” bagi Iran. Sebab, ekspor minyak Iran sendiri juga sangat bergantung pada jalur tersebut.
“Kami punya banyak opsi untuk menghadapinya,” ujar Rubio dalam wawancara dengan Fox News. “Ini akan menyakiti perekonomian banyak negara, bukan cuma Amerika.”
Rubio juga meminta China ikut turun tangan mencegah Iran menutup selat. Sebab, sekitar setengah dari impor minyak mentah China berasal dari kawasan Teluk Persia.
“Saya dorong pemerintah China untuk segera menghubungi mereka karena China sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk kebutuhan minyaknya,” tegas Rubio.