STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia bergerak sangat fluktuatif pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (5/2/2025) WIB. Harga sempat turun tajam, namun berbalik naik setelah muncul kabar bahwa Presiden AS, Donald Trump, akan memperketat sanksi terhadap Iran.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,63% atau turun 46 sen menjadi US$72,70 per barel, di New York Mercantile Exchange. Harga sempat anjlok lebih dari 3% dan menyentuh level terendah sejak Desember karena ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, justru naik 0,32% atau bertambah 24 sen menjadi US$76,20 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Pelemahan harga minyak disebabkan oleh ketegangan perdagangan antara AS dan China. Washington mengumumkan tarif baru 10% untuk impor dari China, yang langsung dibalas Beijing dengan kebijakan serupa. Pasar khawatir perang dagang ini bisa menurunkan permintaan minyak dunia.
Namun, di tengah ketegangan itu, berita dari Gedung Putih menggerakkan pasar. Seorang pejabat AS menyatakan bahwa Trump telah memerintahkan Menteri Keuangan AS untuk menerapkan “tekanan ekonomi maksimal” terhadap Iran. Artinya, sanksi terhadap ekspor minyak Iran akan semakin ketat.
Analis dari Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan bahwa sanksi baru terhadap Iran ini membantu menahan penurunan harga minyak yang disebabkan ketegangan perdagangan AS-China. “Minyak sempat turun tajam karena kekhawatiran tarif China, tapi kemudian kembali naik setelah Trump mengumumkan tekanan maksimal terhadap Iran,” ujarnya.
Iran berhasil meningkatkan ekspor minyaknya ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir meski mendapat sanksi. Namun, kebijakan baru Trump berpotensi mengurangi pasokan minyak Iran di pasar global.
Sementara itu, investor juga mencermati rencana pertemuan antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping. Pasar berharap ada kemajuan dalam negosiasi perdagangan kedua negara, meskipun hingga kini belum ada jadwal pasti untuk pertemuan tersebut.
John Kilduff, analis dari Again Capital, menilai pergerakan harga minyak saat ini sangat dipengaruhi oleh tensi geopolitik. “Minyak turun karena balasan tarif dari China, lalu kembali naik karena harapan pembicaraan Trump-Xi dan tekanan baru ke Iran. Pasar sangat sensitif terhadap perkembangan politik saat ini,” katanya.
Investor juga menunggu rilis data stok minyak mentah AS dari American Petroleum Institute (API). Survei Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS akan naik, sementara persediaan bensin dan distilat kemungkinan turun.