Kamis, Oktober 16, 2025
29 C
Jakarta

Harga Minyak Dunia Merosot, Pasar Cemas Dampak Perang Dagang AS-China dan Kelebihan Pasokan

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali melemah pada perdagangan Rabu (15/10/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (16/10/2025) WIB mendekati posisi terendah dalam lima bulan terakhir. Tekanan datang dari meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China serta kekhawatiran pasar terhadap potensi surplus pasokan tahun depan.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 50 sen atau 0,8% ke level US$61,89 per barel pada pukul 13.17 waktu New York, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 40 sen atau 0,68% menjadi US$58,30 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Bank of America memperingatkan harga Brent bisa anjlok di bawah US$50 per barel jika ketegangan antara AS dan China makin panas, sementara produksi OPEC+ terus meningkat.

Badan Energi Internasional (IEA) juga memperkirakan pasar minyak global bisa mengalami surplus hingga 4 juta barel per hari pada 2026. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya karena produksi OPEC+ bertambah sementara permintaan masih lemah.

Ketegangan antara dua konsumen minyak terbesar dunia kembali mencuat setelah AS dan China sama-sama menaikkan biaya pelabuhan untuk kapal kargo yang melintasi jalur perdagangan mereka. Kebijakan saling balas ini dikhawatirkan bisa mengganggu arus pengiriman global.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan Washington tidak berniat memperburuk konflik dagang. “Presiden Donald Trump siap bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini,” ujarnya.

Sebelumnya, China mengumumkan pembatasan baru ekspor mineral tanah jarang. Sebagai balasan, Trump mengancam akan menaikkan tarif impor barang asal China hingga 100% dan memperketat pembatasan ekspor perangkat lunak mulai 1 November.

Tekanan deflasi juga masih menghantui China. Harga konsumen dan produsen turun pada September karena pasar properti melemah dan tensi dagang meningkat.

Dari sisi moneter, investor di AS semakin yakin The Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga. Ketua The Fed Jerome Powell membuka peluang pemangkasan lanjutan dan mengatakan upaya bank sentral untuk mengurangi kepemilikan aset kemungkinan akan segera berakhir. Pelonggaran kebijakan ini biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Sementara itu, Inggris memberlakukan sanksi baru terhadap dua raksasa minyak Rusia, Lukoil dan Rosneft, serta 51 kapal tanker bayangan. Langkah ini dianggap sebagai upaya menekan pendapatan Kremlin dari ekspor energi.

Data energi AS mencatat Rusia masih menjadi produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah AS pada 2024. Sanksi tambahan terkait perang dengan Ukraina berpotensi memperketat pasokan minyak Rusia ke pasar global.

Dari Azerbaijan, Kementerian Energi melaporkan produksi minyak turun 4,2% menjadi 20,7 juta ton selama Januari–September, dari sebelumnya 21,6 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Azerbaijan termasuk anggota aliansi OPEC+.

Di sisi lain, pasar menanti data stok minyak AS dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis Rabu dan Kamis. Analis memperkirakan cadangan minyak mentah AS naik sekitar 0,2 juta barel pekan lalu. Jika benar, ini akan menjadi kenaikan stok tiga minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak April.

Artikel Terkait

Emas Dunia Cetak Rekor Baru, Sentuh Level Tertinggi di Atas US$4.200 per Ons

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru...

Harga Emas Tembus Rekor Baru! Sentuh di Atas $4.100 Gegara The Fed & Ketegangan Dagang

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mencetak rekor baru pada...

Harga Minyak Dunia Ambruk Lebih dari 1%,  Tertekan Ketegangan AS-China dan Laporan IEA

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali turun lebih...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru