STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan perdagangan Kamis (20/11/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (21/11/2025) WIB. Pasar menilai situasi makin sensitif setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendorong Ukraina menerima proposal perdamaian dengan Rusia untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 13 sen atau 0,2% menjadi US$63,38 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 30 sen atau 0,5% ke US$59,14 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kedua acuan sempat menguat di awal sesi. Data Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat menunjukkan persediaan minyak mentah turun lebih besar dari perkiraan.
Proposal damai yang diajukan Washington mencakup konsesi wilayah Ukraina kepada Rusia serta pengurangan kekuatan militer Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebelumnya menolak poin seperti ini.
Pada Kamis, Zelenskiy menyampaikan ia akan menelaah proposal tersebut dan berkonsultasi dengan Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan.
Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group, menyebut respons Zelenskiy membuat pasar terkejut. Ia mengatakan banyak pelaku pasar mengira usulan baru ini akan langsung ditolak oleh Zelenskiy. Namun Zelenskiy tidak menolak secara langsung. Flynn juga mempertanyakan nasib sanksi yang sedianya berlaku pada Jumat. Ia menilai sanksi bisa dicabut atau ditunda jika pembicaraan damai bergerak maju.
Amerika Serikat menjadwalkan sanksi terhadap perdagangan dengan perusahaan minyak Rusia Rosneft dan Lukoil mulai berlaku pada Jumat. Lukoil memiliki waktu hingga 13 Desember untuk melepas portofolio internasionalnya.
Laporan penurunan stok minyak mentah AS menjadi pemicu kenaikan harga di awal sesi. Penurunan ini mencerminkan aktivitas kilang yang meningkat karena margin yang kuat serta permintaan ekspor yang tinggi. Persediaan minyak mentah turun 3,4 juta barel menjadi 424,2 juta barel pada pekan yang berakhir 14 November. Angka ini jauh di bawah proyeksi analis yang memperkirakan penurunan 603.000 barel dalam survei Reuters.
Namun analis mencatat stok bensin dan distilat di AS naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu bulan. Kenaikan ini memberi sinyal perlambatan konsumsi.
