Rabu, September 24, 2025
26.6 C
Jakarta

Harga Minyak Melonjak Lebih dari 3%! AS Tekan Rusia, Pasar Global Ikut Panas

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia ditutup menguat lebih dari 3% pada akhir perdagangan Selasa (29/7/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (30/7/2025) WIB. Sentimen datang dari tekanan Amerika Serikat terhadap Rusia dan harapan meredanya perang dagang.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik US$2,47 atau 3,53% menjadi US$72,51 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) bertambah US$2,50 atau 3,75% mencapai US$69,21 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Keduanya mencetak level penutupan tertinggi sejak 20 Juni lalu.

Kenaikan harga minyak dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memberikan ultimatum kepada Rusia terkait perang di Ukraina. Ia memberi tenggat waktu 10 hari agar Moskow menunjukkan kemajuan nyata untuk mengakhiri konflik.

“Kami telah meningkatkan tekanannya. Kami punya tenggat keras 10 hari,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. “Dan ada indikasi bahwa negara-negara lain akan bergabung dengan kami.”

Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga memperingatkan Tiongkok agar tidak terus membeli minyak dari Rusia. Jika tidak, Beijing bisa dikenai tarif tinggi berdasarkan undang-undang sekunder AS terkait sanksi minyak Rusia.

Pernyataan ini disampaikan Bessent usai pembicaraan bilateral selama dua hari antara AS dan Tiongkok, yang bertujuan meredakan ketegangan ekonomi dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Kabar baik lain datang dari kesepakatan perdagangan antara AS dan Uni Eropa. Meski ada tarif impor 15% atas sebagian besar barang dari Eropa, kedua pihak berhasil menghindari perang dagang penuh yang bisa mengganggu sepertiga perdagangan global.

“Ada sedikit optimisme soal kesepakatan dagang,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Futures di Mizuho. “Memang tidak sempurna, apalagi bagi Eropa, tapi ini jauh lebih baik daripada kemungkinan terburuknya.”

Kesepakatan tersebut juga mencakup rencana pembelian energi AS oleh Uni Eropa sebesar US$750 miliar dalam tiga tahun ke depan. Namun, analis menilai target itu sulit tercapai. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan Eropa dijanjikan akan menanamkan investasi senilai US$600 miliar di AS selama masa jabatan Trump.

Pasar kini menanti hasil rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) yang digelar Selasa dan Rabu waktu setempat.

“The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga, tapi bisa memberikan sinyal lebih dovish karena inflasi menunjukkan tanda-tanda mendingin,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior dari Phillip Nova.

Artikel Terkait

BSI Tawarkan BSI Gold di Harga Rp2.154.600 per Gram

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Minat masyarakat terhadap kepemilikan emas terus...

Emas Cetak Rekor Tertinggi Baru, Pasar Menanti Sinyal Pemangkasan Suku Bunga

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencetak rekor pada...

Harga Minyak Turun, Ekspor Irak Naik & Permintaan Diragukan

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia ditutup melemah...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru