STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 1% pada pada penutupan perdagangan Kamis (9/1/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (10/1/2025) WIB. Ini didorong oleh cuaca dingin ekstrem di Amerika Serikat dan Eropa. Permintaan bahan bakar untuk musim dingin yang meningkat menjadi pemicu utama kenaikan ini.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 naik 65 sen atau 0,89% menjadi US$73,97 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari 2025 tercatat menguat 78 sen atau 1,02% mencapai US$76,94 per barel, di London ICE Futures Exchange.
“Permintaan bahan bakar musim dingin melonjak tajam di AS,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital New York. Cuaca ekstrem melanda wilayah dari Texas hingga Kentucky utara, dengan peringatan badai musim dingin mencakup Arkansas dan Tennessee.
Meski badai es diprediksi tidak mencapai kilang di Gulf Coast, hujan deras dan angin kencang berpotensi mengganggu pasokan listrik, menurut TACenergy.
Refineri di AS juga mencatat aktivitas tinggi. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan pemrosesan minyak mentah naik 45.000 barel per hari hingga 3 Januari, dengan tingkat pemanfaatan mencapai 93,3%.
Harga ultra-low sulfur diesel turut melonjak ke US$2,39 per galon, tertinggi sejak Oktober. JPMorgan memperkirakan permintaan minyak global pada Januari akan naik 1,4 juta barel per hari dibandingkan tahun lalu, mencapai 101,4 juta barel per hari.
Analis menyebut cuaca dingin ekstrem dan aktivitas perjalanan di China menjelang libur Tahun Baru Imlek turut meningkatkan konsumsi bahan bakar pemanas.
Pasar minyak juga menghadapi potensi pengetatan pasokan. Struktur pasar Brent menunjukkan backwardation, di mana harga kontrak jangka pendek lebih tinggi dibandingkan jangka panjang. Hal ini mencerminkan permintaan tinggi atau pasokan yang menipis.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden diperkirakan mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pekan ini, yang dapat memperketat pasokan minyak dari negara tersebut.
Menurut analis OANDA Kelvin Wong, harga WTI diperkirakan akan bergerak di kisaran US$67,55 hingga US$77,95 hingga Februari. “Pasar masih menanti kejelasan dari kebijakan ekonomi AS dan stimulus dari China,” tambahnya.