Selasa, Oktober 28, 2025
27.9 C
Jakarta

Harga Minyak Naik 7% dalam Seminggu, AS Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Raksasa Migas Rusia

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali menguat pada penutupan perdagangan Jumat (24/10/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (25/10/2025) WIB. Kenaikan ini memperpanjang reli sehari sebelumnya, dipicu kekhawatiran pasar terhadap pasokan global setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru kepada dua raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun tipis US$0,07 atau 0,12% ke US$65,91 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,32 atau 0,52% menjadi US$61,47 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Meski terkoreksi di akhir sesi, kedua acuan tersebut masih mencatat kenaikan mingguan sekitar 7%, menjadi penguatan terbesar sejak pertengahan Juni.

Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, menilai sanksi AS menjadi pemicu utama kenaikan harga. “Ini karena sanksi,” ujarnya. “Tampaknya tidak akan ada penyelesaian dalam waktu dekat.”

Dalam beberapa pekan terakhir, harga minyak sempat melemah karena ekspektasi kelebihan pasokan setelah OPEC dan sekutunya menambah produksi. Namun laporan terbaru U.S. Energy Information Administration (EIA) menunjukkan permintaan tetap kuat. “Melihat data permintaan dari EIA pada Rabu, tidak terlihat tanda-tanda kelebihan pasokan,” kata Flynn.

Sanksi Amerika Serikat terhadap Rosneft dan Lukoil diumumkan Kamis oleh Presiden Donald Trump. Langkah ini bertujuan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar menghentikan perang di Ukraina. Kedua perusahaan tersebut menyumbang lebih dari 5% produksi minyak global.

Sebagai dampak langsung, perusahaan minyak milik negara China menangguhkan pembelian minyak dari Rusia untuk sementara waktu. Di sisi lain, kilang minyak di India yang selama ini menjadi pembeli terbesar minyak Rusia lewat jalur laut dilaporkan akan memangkas impor secara signifikan.

“Aliran pasokan ke India yang paling berisiko,” kata Janiv Shah, Wakil Presiden Analisis Pasar Minyak di Rystad Energy. “Tantangan bagi kilang China kemungkinan lebih ringan karena sumber pasokan mereka lebih beragam dan cadangan minyak masih cukup.”

Menteri Minyak Kuwait menyatakan OPEC siap menambah produksi jika pasar mengalami kekurangan pasokan akibat sanksi tersebut. Sementara pemerintah AS mengisyaratkan siap mengambil langkah tambahan. Presiden Putin menyebut sanksi itu sebagai tindakan tidak bersahabat dan menegaskan kebijakan tersebut tidak akan berdampak besar pada ekonomi Rusia.

Putin juga menyoroti peran penting Rusia dalam menjaga stabilitas pasar energi global.

Selain AS, Inggris lebih dulu menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil. Uni Eropa kemudian menyusul dengan paket sanksi ke-19 terhadap Rusia, termasuk larangan impor gas alam cair (LNG) asal Rusia. Dalam daftar tambahan, Uni Eropa juga memasukkan dua kilang minyak China berkapasitas gabungan 600.000 barel per hari serta Chinaoil Hong Kong, anak usaha PetroChina.

Berdasarkan data energi AS, Rusia masih menjadi produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat pada 2024.

Investor kini menunggu pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping pekan depan. Keduanya dijadwalkan membahas langkah meredakan ketegangan dagang antara Washington dan Beijing yang sudah berlangsung lama.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Harga Minyak Dunia Melemah, Rencana OPEC Tambah Produksi Tekan Pasar

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan...

Harga Emas Dunia Turun, Akhiri Tren Kenaikan 9 Minggu Beruntun

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia tergelincir pada penutupan perdagangan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru