STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia naik pada penutupan perdagangan Rabu (29/10/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (30/10/2025) WIB. Kenaikan harga komoditas ini didorong penurunan tajam stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat. Sentimen pasar juga menguat seiring optimisme Presiden AS Donald Trump terhadap pembicaraan dagang dengan Presiden China Xi Jinping.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik 53 sen atau 0,8% ke posisi US$64,93 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 40 sen atau 0,7% ke level US$60,55 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Data dari U.S. Energy Information Administration (EIA) mencatat stok minyak mentah AS anjlok hampir 7 juta barel dalam sepekan terakhir. Angka ini jauh di bawah perkiraan analis yang hanya memprediksi penurunan sekitar 211.000 barel. Stok bensin dan bahan bakar distilat juga berkurang lebih dalam dari perkiraan pasar.
Penurunan besar tersebut membuat pelaku pasar meninjau ulang potensi surplus pasokan minyak global, di tengah peningkatan produksi OPEC+ dan rekor produksi dari AS.
“Di mana kelebihan pasokan itu?” ujar analis Price Futures Group, Phil Flynn. “Semakin lama kelebihan pasokan itu tidak muncul, semakin banyak kita akan mempertanyakan apakah itu benar-benar ada,” tambahnya.
Trump menyebut pertemuannya dengan Xi Jinping pada KTT di Korea Selatan akan menghasilkan hasil positif. Dalam pertemuan itu, AS dan Korea Selatan juga menyepakati kerja sama dagang yang sebelumnya sempat tertunda.
Nada optimistis Trump terhadap hubungan dagang AS–China serta kesepakatan dengan Korea Selatan membantu meredakan kekhawatiran pasar atas perlambatan ekonomi akibat perang dagang dan tarif yang selama ini menekan harga komoditas, termasuk minyak.
Pekan lalu, harga Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni setelah Trump menjatuhkan sanksi baru terkait Ukraina terhadap Rusia. Sanksi tersebut menargetkan dua perusahaan minyak raksasa Rusia, Lukoil dan Rosneft.
Meski begitu, kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan masih terasa. Kedua harga acuan minyak itu sempat terkoreksi lebih dari 1,9% atau lebih dari US$1 pada sesi sebelumnya akibat wacana peningkatan produksi dari OPEC+.
Menurut empat sumber yang mengetahui diskusi internal, kelompok produsen minyak terbesar dunia itu tengah mempertimbangkan untuk menaikkan produksi secara moderat pada Desember, dengan tambahan sekitar 137.000 barel per hari.
