Rabu, Agustus 6, 2025
34.7 C
Jakarta

Harga Minyak Turun, Pasar Menanti Hasil Pembicaraan Trump dan Putin

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak melemah sekitar 1% pada penutupan perdagangan Selasa (18/3/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (19/3/2025) WIB. Pasar mencermati pembicaraan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kemungkinan gencatan senjata di Ukraina.

Kesepakatan ini dapat membuka peluang pelonggaran sanksi terhadap ekspor energi Rusia. Meski demikian, analis memperkirakan butuh waktu lama sebelum ekspor minyak Rusia kembali meningkat secara signifikan.

Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen atau 0,72% menjadi US$70,56 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 68 sen atau 1,01% mencapai level US$66,90 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Ketegangan di Timur Tengah memicu kekhawatiran akan berkurangnya pasokan minyak global. Selain itu, rencana stimulus ekonomi di China dan Jerman juga meningkatkan optimisme terhadap permintaan energi.

“Fosil Rusia mungkin suatu saat kembali berlimpah tanpa sanksi, tetapi itu tidak berarti pasokan energi akan langsung meningkat pesat,” tulis analis di PVM dalam sebuah catatan.

Menurut data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Rusia memproduksi sekitar 9,2 juta barel per hari (bph) minyak mentah pada 2024. Jumlah ini turun dari 9,8 juta bph pada 2022 dan rekor tertinggi 10,6 juta bph pada 2016.

Di Timur Tengah, Trump menegaskan akan terus menyerang kelompok Houthi di Yaman jika mereka tidak menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Ia juga memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab atas setiap serangan yang dilakukan Houthi.

Jika konflik meningkat, pasokan minyak global bisa terganggu. Iran, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 3,3 juta bph minyak mentah tahun ini.

Sementara itu, di Nigeria, ledakan terjadi di pipa minyak Trans Niger. Pipa ini memiliki kapasitas mengalirkan sekitar 450.000 bph dari ladang minyak ke terminal ekspor Bonny.

Di Eropa, parlemen Jerman menyetujui rencana belanja besar-besaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di China, pertumbuhan penjualan ritel meningkat pada awal tahun, tetapi angka pengangguran naik dan produksi pabrik melambat.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa kebijakan tarif AS dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di Amerika Utara dan menekan permintaan energi global.

Analis dari Wood Mackenzie memperkirakan harga minyak Brent akan rata-rata berada di level US$73 per barel pada 2025, turun US$7 dibandingkan tahun ini. Penurunan ini disebabkan kebijakan tarif AS dan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Data stok minyak mentah AS dari American Petroleum Institute (API) akan dirilis pada Selasa, sementara data dari EIA dijadwalkan pada Rabu. Analis memperkirakan stok minyak AS bertambah sekitar 0,9 juta barel dalam sepekan hingga 14 Maret.

Peningkatan ini kontras dengan penurunan 2 juta barel pada periode yang sama tahun lalu serta rata-rata kenaikan 1,6 juta barel dalam lima tahun terakhir.

Artikel Terkait

Harga Emas Mandek, Dolar AS Masih Terlalu Kuat

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia bergerak stabil pada akhir...

Harga Minyak Turun, Pasar Waspadai Kenaikan Produksi OPEC+ dan Ancaman Trump ke India

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia kembali ditutup...

Harga Emas Melesat 2%, Investor Yakin The Fed Akan Turunkan Suku Bunga Lebih Cepat

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia menguat tajam pada akhir...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru