STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan berbagai strategi untuk memperbesar kapitalisasi pasar agar bisa sebanding dengan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Langkah ini dilakukan dengan memperkuat sisi suplai, permintaan investor, serta infrastruktur perdagangan.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan peningkatan kapitalisasi pasar tidak bisa dilakukan dari satu sisi saja. “Baik, terkait dengan kapitalisasi pasar tentu saja kan ada dua hal yang kita perlu lihat. Pertama dari sisi suplai. Dari sisi suplai tentu saja kita berharap makin banyak perusahaan-perusahaan dengan market kapitalisasi yang besar listing di bursa,” ujar Iman, dikutip Rabu (29/10/2025).
Ia menyoroti belum adanya perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun anak usaha BUMN yang melantai di bursa dalam dua tahun terakhir. “Jadi kita perbesar dan kita mesti lihat bahwa dua tahun terakhir ini tidak ada BUMN maupun anak perusahaan BUMN yang listing di bursa. Jadi kita masih lihat banyak potensi atas perusahaan-perusahaan BUMN untuk listing di bursa efek,” lanjutnya.
Selain memperbanyak emiten besar, BEI juga mendorong pertumbuhan jumlah investor. “Dan kedua tentu saja dari sisi demand investor. Tadi saya sudah sampaikan bahwa target kita adalah bahwa setiap tahun peningkatannya sekitar 2.000.000 investor baru,” jelas Iman.
Namun, ia menekankan pertumbuhan investor bukan hanya soal jumlah, melainkan juga aktivitas transaksi. “Tapi bukan hanya jumlah 2.000.000 yang penting tapi peningkatan transaksi harian. Ya tentu saja dengan peningkatan transaksi harian nampaknya pasti IHSG-nya akan naik, market cap-nya juga akan naik perusahaannya. Jadi suplai dan demand kita terus lakukan,” kata Iman.
Untuk menopang peningkatan transaksi, BEI juga tengah menyiapkan sistem perdagangan baru yang lebih andal. “Tapi jangan lupa bahwa ada satu hal juga yang kita perlu kembangkan yaitu infrastrukturnya. Yaitu sistem perdagangan dan pengawasan yang rencananya akan live di 2026,” ujarnya.
Iman menuturkan sistem baru ini akan meningkatkan kapasitas perdagangan lebih dari tiga kali lipat dibanding sistem yang ada saat ini. “Nah ini tentu saja artinya apa? Dengan sistem yang baru kapasitas perdagangan kita meningkat lebih dari tiga kali dari yang existing,” ucapnya.
Ia menambahkan peningkatan kapasitas ini penting agar pertumbuhan jumlah investor dan volume transaksi bisa diimbangi dengan infrastruktur yang memadai. “Jadi artinya apa? Sehingga tadi kan tidak mungkin kita meningkatkan orang yang bertransaksi tapi engine-nya kita tidak tingkatkan. Jadi semua suplai, demand, maupun infrastrukturnya kita juga tingkatkan sehingga ketika transaksi hariannya meningkat, juga bisa engine-nya tidak problem,” tutur Iman.
Selain memperkuat sistem dan memperbanyak emiten besar, BEI juga mengembangkan berbagai produk baru untuk meningkatkan likuiditas pasar. “Tapi yang paling penting juga di samping tadi. Kita bicara existing product, tadi kalau kita bicara market cap, kita bicara transaksi turunannya dari underlying saham. Kalau bicara market cap kan perusahaannya,” katanya.
Iman menyebut beberapa produk derivatif yang telah disiapkan untuk menambah likuiditas saham di bursa. “Lalu yang kita lakukan adalah apa? Contohnya derivatif. Single stock futures structure warrant. Ini membantu likuiditas atas sahamnya,” ujarnya.
Ia juga menyinggung peluncuran unsponsored depositary receipt (DR) di Singapore Stock Exchange yang menjadikan saham Indonesia sebagai aset dasarnya. “Dan yang saya sampaikan tadi bahwa minggu lalu, di Singapore Stock Exchange, di launching yang disebut unsponsored DR. Gunanya apa sih? Unsponsored DR itu underlying. DR-nya diilistingkan di Singapore Stock Exchange tapi underlying-nya saham-saham Indonesia. Sehingga kita harapkan bahwa saham itu akan tambah liquid,” ungkap Iman.
Menurutnya, seluruh langkah tersebut menjadi bagian dari strategi besar BEI untuk memperkuat pasar modal Indonesia dari berbagai sisi. “Ini isu likuiditas. Jadi tadi kita bicara bahwa sisi supply, existing product maupun product baru, maupun dari sisi demand, investor, serta infrastructure. Ini mungkin jawaban pertanyaan mengenai upaya-upaya,” tutup Iman.
