STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA tetap optimistis menghadapi semester II 2025 meski tekanan global dan konsumsi masyarakat belum pulih sepenuhnya.
Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, mengatakan tantangan global dan lemahnya konsumsi merupakan faktor eksternal. Namun, BCA masih melihat banyak peluang untuk terus mendorong aktivitas nasabah.
“Kita masih melihat banyak kesempatan untuk nasabah-nasabah kita bisa lebih aktif lagi dengan BCA,” ujar Hendra dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Menurutnya, BCA akan tetap fokus memperkuat produk dan layanan agar semakin baik untuk nasabah. Dengan begitu, BCA berharap bisa meraih lebih banyak bisnis dari nasabah.
“Itu yang kita harapkan bisa memacu kinerja kita,” ucapnya.
Terkait Rencana Bisnis Bank (RBB), Hendra menegaskan BCA tidak melakukan revisi. Ia memastikan target yang telah ditetapkan masih sejalan dengan realisasi.
“RBB kita sudah masukin yang final ya, yang tahun ini. Kita tidak ada revisi. So far masih inline dengan RBB,” katanya.
Ia juga menegaskan tidak ada perubahan pada target pertumbuhan kredit. BCA tetap menggunakan panduan pertumbuhan kredit di kisaran 6–8%.
“Kalau nggak salah RBB kita juga 6–8%, jadi tidak ada perubahan,” jelasnya.
Mengenai proyeksi kredit untuk segmen korporasi maupun konsumen, BCA tidak memberikan target spesifik. Namun, proyeksi kredit secara keseluruhan tetap berada di rentang 6–8%.
“Kita lihat secara BCA itu masih akan dalam range 6–8%,” ujar Hendra.
Menanggapi tantangan sektor perbankan di semester II 2025, Hendra menyebut ada banyak isu global yang perlu diperhatikan. Salah satunya terkait kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
“Kita semua lagi menunggu bagaimana mengenai tarif US dengan negara-negara lain maupun dengan spesifik dengan Indonesia,” tuturnya.
Hendra mengatakan pihaknya terus mempelajari dampak dari isu global ini terhadap nasabah, terutama yang terlibat dalam aktivitas ekspor-impor.
“Kita akan lihat apa yang kita bisa bantu untuk membantu nasabah-nasabah kita terus mengembangkan bisnisnya di dalam era global dengan US yang mengenakan tarif,” ujarnya.
Wakil Presiden Direktur BCA, John Kosasih, menambahkan bahwa likuiditas perbankan kini membaik, didukung oleh tren penurunan suku bunga.
“Kalau kita perhatikan hari ini likuiditas saya kira semakin baik kali ya. Terus kemudian suku bunga juga mengalami penurunan,” ujarnya.
John berharap belanja pemerintah mulai bergerak pada semester II dan dapat menjadi stimulus tambahan bagi pertumbuhan ekonomi.
“Mudah-mudahan di second half ini ada yang namanya government spending, government project, ini mulai start kick in lah,” katanya.
Dengan dorongan tersebut, John menilai pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga di BCA juga berpotensi meningkat.
“Kita lihat nanti perkembangannya di semester yang kedua,” tutupnya.