STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Otoritas Jasa Keuangan atau OJK tampak optimistis, kinerja sektor jasa keuangan pada 2025 tetap positif. Oleh sebab itu, OJK akan terus memperkuat stabilitas sektor jasa keuangan yang inklusif guna mendukung program pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meyakini, bahwa sektor jasa keuangan dapat melanjutkan kinerja positif pada 2025 di tengah tantangan dan peluang yang dihadapi serta kebijakan-kebijakan yang akan diambil.
Seperti diketahui, pada 2024 pertumbuhan kredit perbankan h sebesar 10,39% YoY dengan DPK sebesar 4,48% YoY. Aset industri asuransi juga naik 2,03% YoY, sedangkan piutang perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 6,92% YoY.
“Kami optimistis kinerja sektor jasa keuangan di tahun 2025 akan berlanjut,” kata Mahendra dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025 yang digelar di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Menurut Mahendra, kredit perbankan diproyeksikan tumbuh 9% hingga 11% pada tahun ini, didukung dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 6% hingga 8%. Untuk pasar modal, OJK membidik penghimpunan dana Rp220 triliun.
Sementara, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan diproyeksikan tumbuh 8% hingga 10% dengan mencermati kondisi penjualan kendaraan bermotor yang menurun. Adapun aset asuransi diperkirakan tumbuh sebesar 6%-8%. Aset Dana Pensiun diperkirakan tumbuh 9%-11% dan Aset Penjaminan tumbuh 6%-8%.
Mahendra mengatakan, sinergi kebijakan dengan berbagai pihak baik pemerintah, otoritas moneter, industri jasa keuangan, para pelaku usaha, masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya dibutuhkan tidak hanya dalam konteks pencapaian outlook kinerja jasa keuangan, tetapi juga dalam memaksimalkan kebermanfaatan sektor jasa keuangan bagi perekonomian nasional.
Menurut Mahendra, pertumbuhan ekonomi pada 2024 sebesar 5,03%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini beriringan dengan indikator kinerja sektor jasa keuangan yang positif. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung oleh fondasi permodalan yang solid, likuiditas yang mencukupi, dan profil risiko yang dikelola dengan baik.
Mahendra mengatakan, dari aspek intermediasi, perbankan telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp7.827 triliun, tumbuh double digit sesuai target dan mencapai 10,39% dengan disertai risiko kredit yang terjaga. Piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92% secara tahunan jadi Rp503,43 triliun. (konrad)