Kamis, Oktober 16, 2025
33 C
Jakarta

Penerbitan Surat Utang Diprediksi Tembus Rp70 Triliun pada Semester Dua 2025! Sektor Ini Jadi Jawaranya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Penerbitan surat utang korporasi nasional mencatat lonjakan signifikan pada Semester I-2025. Nilainya mencapai Rp90,90 triliun atau naik 48,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp61,29 triliun.

Direktur Utama PEFINDO, Irmawati Amran, menyebut Grup BUMN berkontribusi sebesar Rp29,99 triliun. Sementara perusahaan non-BUMN mencatatkan penerbitan lebih besar, yaitu Rp60,91 triliun.

“Ini mencakup penerbitan obligasi, sukuk, surat utang jangka menengah (MTN), dan sekuritisasi,” ujar Irmawati dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

Sektor pulp dan kertas menjadi penyumbang terbesar dengan total penerbitan Rp20 triliun. Obligasi menyumbang Rp12,68 triliun dan sukuk Rp7,31 triliun.

Multifinance menyusul dengan penerbitan Rp17,84 triliun. Mayoritas berasal dari obligasi sebesar Rp16,24 triliun dan sukuk Rp1,6 triliun.

Sektor perbankan berada di posisi ketiga dengan total penerbitan Rp15,5 triliun. Komposisinya terdiri dari obligasi Rp10 triliun, sukuk Rp5 triliun, serta MTN dan sekuritisasi masing-masing Rp500 miliar.

Sektor lain yang aktif di pasar surat utang adalah pertambangan dengan Rp11,85 triliun. Kemudian pembiayaan non-multifinance sebesar Rp8,33 triliun, dan telekomunikasi Rp5,47 triliun.

Selain itu, lembaga keuangan khusus menerbitkan surat utang senilai Rp3,82 triliun. Perusahaan induk menyumbang Rp2,57 triliun, jasa kurir dan logistik Rp1,5 triliun, serta sektor listrik dan energi Rp1,15 triliun.

Sektor transportasi dan properti masing-masing mencatatkan penerbitan Rp1 triliun dan Rp500 miliar. Sektor lain seperti manufaktur, sekuritas, pelabuhan laut, tekstil, modal ventura, perdagangan, dan perkebunan juga ikut berpartisipasi meski nominalnya di bawah Rp500 miliar.

Kepala Divisi Riset Ekonomi PEFINDO, Suhindarto, memperkirakan tren positif ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Ia menjelaskan, penerbitan surat utang biasanya meningkat pada semester kedua.

“Total surat utang yang jatuh tempo tahun ini sebesar Rp161,2 triliun, dengan Rp96 triliun di antaranya jatuh tempo di semester kedua. Ini akan mendorong banyak perusahaan melakukan refinancing,” kata Suhindarto.

Ia menyebut penerbit sudah mulai masuk pasar kembali sejak Juni dan Juli. Proyeksi total penerbitan sepanjang tahun tetap berada di kisaran Rp139 triliun hingga Rp155 triliun.

“Melihat realisasi semester pertama yang hampir 50% lebih tinggi dari tahun lalu, kemungkinan besar angka realisasi tahun ini bisa mendekati batas atas proyeksi kami. Semester kedua bisa berkisar antara Rp60 hingga Rp70 triliun,” jelasnya.

Sektor keuangan masih akan mendominasi. Perbankan dan multifinance diperkirakan jadi penyumbang terbesar, disusul oleh sektor holding company.

Suhindarto juga menilai kondisi pasar kini lebih kondusif. Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebanyak dua kali membuka ruang pelonggaran moneter, yang mendorong minat penerbit untuk kembali masuk ke pasar.

Irmawati Amran menambahkan, investor kini punya lebih banyak dana segar setelah menerima pelunasan surat utang yang jatuh tempo.

“Kami melihat adanya dana segar yang kembali dimiliki oleh investor. Begitu jatuh tempo, mereka mendapatkan cash yang bisa diinvestasikan lagi ke surat utang baru,” ujar Irmawati.

Ia berharap likuiditas ini dapat mendorong pertumbuhan penerbitan surat utang di semester kedua.

“Harapannya, rencana-rencana surat utang di semester dua ini juga mudah-mudahan terserap dengan adanya cash dari yang dipegang oleh investor institusi,” ucapnya.

Namun, tantangan tetap ada. Suhindarto menyoroti pasar sekunder surat utang korporasi yang masih belum likuid.

“Literasi terhadap pasar surat utang korporasi harus ditingkatkan. Padahal sebenarnya surat utang ini relatif lebih aman dibandingkan saham karena sudah diberi peringkat,” katanya.

Dengan jatuh tempo besar, kondisi pasar yang kondusif, dan likuiditas investor yang cukup, semester kedua diperkirakan akan jadi momentum penting bagi pertumbuhan pasar surat utang korporasi nasional.

Artikel Terkait

Tumbuh 32,16%, Laba Bali Towerindo Rp138,72 Miliar per September 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)...

Penerbitan Surat Utang Korporasi Masih Prospektif di Akhir 2025, Tapi Waspadai Risiko – risiko Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan...

Penerbitan Surat Utang Korporasi Tembus Rp160 Triliun Kuartal III-2025, Pefindo Kantongi Mandat Rp59 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Aktivitas pendanaan perusahaan lewat surat utang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru