STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan tajam pada penutupan perdagangan Senin (12/8/2024) waktu setempat, atau Selasa pagi (13/8/2024) WIB. Harga minyak mentah AS bahkan meroket lebih dari 4% hingga menembus US$80 per barel. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, di mana Pentagon menambah jumlah pasukannya di Timur Tengah akibat kekhawatiran terhadap kemungkinan serangan Iran kepada Israel.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September mencatatkan kenaikan tajam sebesar US$3,22 atau 4,19% menjadi US$80,06 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober melesat US$2,64 atau 3,31% mencapai US$82,30 per barel, di London ICE
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, menginstruksikan pengiriman kelompok tempur kapal induk, termasuk pesawat tempur F-35, lebih cepat ke kawasan tersebut. Selain itu, kapal selam peluncur rudal juga dikerahkan ke Timur Tengah. Situasi ini memaksa Israel meningkatkan kesiagaan militernya.
Selama dua minggu terakhir, Israel sudah bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran dan milisi Hezbollah, menyusul pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Tehran. Intelijen Israel memprediksi bahwa Iran kemungkinan besar akan merespons langsung dalam beberapa hari mendatang.
Analis UBS mencatat bahwa minyak dan emas kini menjadi pilihan utama investor untuk melindungi portofolio mereka dari risiko ketegangan geopolitik yang semakin meningkat.
Meskipun OPEC menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan global sebesar 135.000 barel per hari akibat melemahnya konsumsi di China, harga minyak AS tetap menguat. Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menyatakan bahwa pasar minyak bereaksi kuat terhadap meningkatnya risiko geopolitik, meskipun OPEC menunjukkan kekhawatiran akan pertumbuhan permintaan. Menurutnya, pasar tetap berada pada jalur defisit karena penurunan inventaris.
Minyak mentah AS menutup pekan lalu dengan kenaikan lebih dari 4%, mengakhiri tren penurunan selama empat minggu berturut-turut. Kenaikan ini didorong oleh pemulihan pasar saham yang sebelumnya tertekan akibat kekhawatiran resesi dan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan.